Home
/
Digilife

TikTok Bantah Simpan Data Clipboard Pengguna, Ada 54 Aplikasi China yang Dicurigai

TikTok Bantah Simpan Data Clipboard Pengguna, Ada 54 Aplikasi China yang Dicurigai
Siti Sarifah01 July 2020
Bagikan :

Uzone.id - Sebanyak 54 aplikasi yang berasal dari China diklaim telah menyimpan data clipboard pengguna ke servernya, termasuk TikTok. Tak lama isu ini terus bergulir, TikTok pun menyampaikan bantahannya. Bytedance sebagai pengembang TikTok buka suara.

Dilansir melalui BBC.com, Rabu, 1 Juli 2020, TikTok mengatakan jika mereka melakukan aksi tersebut untuk menghentikan spam yang dilakukan pihak-pihak tak bertanggung jawab terhadap platform-nya. Para oknum tersebut melakukan spam dengan cara meng-copy paste konten yang sama.

Namun saat ini, Bytedance menegaskan bahwa fitur itu telah dinonaktifkan melalui pembaharuan aplikasi yang dikirim secara otomatis ke pengguna. Pembaharuan software TikTok itu telah dilakukan pada 27 Juni lalu.

"Terkait dengan perilisan iOS 14 versi beta pada 22 Juni, beberapa pengguna melihat notifikasi ketika menggunakan aplikasi-aplilkasi popular. Untuk TikTok, ini dipicu oleh fitur yang dirancang guna mengidentifikasi perilaku berulang yang sifatnya spam. Kami memgirimkan versi pembaharuan dari aplikasi TikTok ke AppStore untuk menghapus fitur anti-spam itu, guna menghilangkan kekhawatiran atau kebingungan," ujar pihak Bytedance.

Clipboard sendiri merupakan istilah data sementara saat pengguna ingin menyalin (copy) dan menempelkan (paste) teks.

Malah lebih parahnya lagi, jika ada beberapa perangkat Apple seperti iPhone dan iPad menggunakan Apple ID yang sama, dan kedua perangkat hanya berjarak sekitar 3 meter, perangkat ini dapat berbagi ‘clipboard universal’, artinya konten pengguna dapat disalin dari satu aplikasi di iPhone ke aplikasi yang ada di iPad.

“Ini sangat berbahaya. Aplikasi-aplikasi ini membaca data clipboard, tidak ada alasan kenapa ini bisa terjadi. Sebuah aplikasi yang memiliki ruang yang bisa dimasuki teks, tidak berhak untuk membaca teks clipboard,” tutur peneliti keamanan siber Tommy Mysk.

populerRelated Article