Tech Winter Masih Menghantui Startup di Indonesia Tahun Depan
Uzone.id – Bermula dari tahun 2022 dimana Tech Winter terjadi hampir di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Musim ‘dingin’ ini menimpa perusahaan-perusahaan di sektor teknologi termasuk startup.
Alhasil, efisiensi menjadi satu-satunya cara agar perusahaan dan startup tetap bertahan di tengah kondisi ekonomi yang tidak stabil. Tahun 2023, Tech Winter masih terus berlanjut dimana pada pertengahan 2023 saja, sebanyak 224 ribu orang terkena layoff di perusahaan teknologi RI.Lalu, apakah musim dingin ini juga akan terus berlanjut di tahun 2024 nanti?
Nailul Huda selaku pengamat ekonomi sekaligus Director of Digital Economy CELIOS menjawab kalau tech winter masih berpotensi terjadi di industri teknologi khususnya startup.
“Masih berpotensi,” ujarnya saat ditemui dalam acara Hypernet Technologies, Jumat, (08/12).
Nailul mengatakan kalau potensi ini terbuka lebar karena melihat pendanaan investor di tahun ini yang semakin menurun.
Dalam studi yang dilakukan oleh Google Temasek, dan Bain & Company yang bertajuk e-Conomy Sea 2023, pendanaan yang masuk ke RI mengalami penurunan. Nilai modal yang masuk ke RI hanya sekitar USD400 juta di paruh awal 2023, turun signifikan dibanding tahun lalu dengan periode yang sama mencapai USD3,3 miliar.
“Pendanaan itu seperti darah dalam tubuh kita, jadi itu yang membuat kita bergerak. Kalau tidak ada pendanaan, ya mereka (startup) otomatis akan seret juga. Dan hasilnya, startup akan banyak yang gagal beroperasi dan bersaing,” tambah Nailul Huda.
Nailul kemudian menambahkan, apabila nantinya tidak ada pendanaan yang masuk, maka akan banyak startup yang melakukan efisiensi termasuk melakukan PHK terhadap karyawannya.
“Sebenarnya kita gak berharap ya tapi kalau pendanaan masih seret, saya rasa sih masih banyak perusahaan digital yang tutup ataupun melakukan efisiensi,” tambahnya.
Ditanya mengenai pendanaan di tahun depan, Nailul juga berharap kalau nantinya, Venture Capital dari dalam negeri turut menaikkan nilai investasi mereka dan mengambil porsi yang lebih banyak.
“Kita mendorong VC lokal untuk bisa mengambil porsi lebih banyak (dalam berinvestasi) dari yang mungkin 10 persen menjadi 20 sampai 25 persen,” imbuhnya.