Sebelum Bukit Algoritma, Indonesia Canangkan 100 Science & Techno Park
Apple Park, Cupertino, Amerika Serikat. (Ilustrasi. Foto: Unsplash)
Uzone.id - Indonesia berencana memiliki pusat teknologi dan riset tanah air bernama Bukit Algoritma. Mirip Silicon Valley di Amerika Serikat, Bukit Algoritma diharapkan menjadi kawasan pengembangan riset dan sumber daya manusia yang berbasis industri 4.0.Sayangnya, Hanif Muhammad, Center of Innovation and Digital Economy di Institute of Development of Economics and Finance (INDEF) mengkritisi pengembangan Bukit Algoritma.
Hal ini merujuk pada ketidakmampuan pemerintah dalam mencanangkan dan merealisasikan science & techno park beberapa tahun lalu.
“Saya memiliki riset, disertasi saya tahun 2018 tentang program 100 science & techno park di Indonesia. itu tertuang dalam RPJMN 2015-2019, di mana Indonesia akan membangun 100 science & techno park,” ujar Hanif dalam diskusi online bertema Menyingkap Angan Silicon Valley ala Indonesia, Kamis (15/4).
Baca juga: Indef Sebut Bukit Algoritma Berpotensi Mangkrak
Ketika itu, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) bekerja sama dengan Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) memiliki program 100 science & techno park.
“Dari Aceh sampai Papua, Kalimantan Utara sampai Nusa Tenggara Timur, itu ada science & techno park. Lalu, science & techno park itu ditugaskan langsung kepada kementerian-kementerian dan lembaga untuk dikelola dengan anggarannya,” tutur Hanif.
Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, program 100 science & techno park direvisi targetnya pada 2016.
“Kementerian-kementerian itu mereka terus merevisi targetnya, karena menurut mereka tidak mungkin menjalankan program science & techno park. Sementara sebenarnya mereka juga sudah ada program yang mirip, yaitu misalnya balai pelatihan di berbagai kementerian,” kata Hanif.
Baca juga: Ini Dampak Pembangunan Bukit Algoritma Sukabumi, Silicon Valley-nya Indonesia
Hingga saat ini, memang ada beberapa science & techno park yang sudah berdiri, seperti Solo Techno Park, Sumbawa Tecno Park, Sragen Techno Park, Kaltara Science Park, dan lainnya.
Namun, Hanif menyatakan bahwa tidak ada satu pun science & techno park yang berhasil dalam menciptakan kolaborasi yang kuat antara universitas, industri, dan pemerintah sebagaimana Silicon Valley.
Menurut Hanif Silicon Valley sendiri dibangun secara konseptual merujuk pada Triple Helix Collaboration antara pemerintah, industri, dan lembaga pendidikan.
“Jadi banyak akhirnya science & techno park itu hanya jadi bangunan saja. Kemudian apakah Bukit Algoritma ujung-ujungnya adalah proyek properti,” tutur Hanif.
Sebelumnya, Bukit Algoritma diberitakan dikembangkan oleh PT Amarta Karya (Persero). Proyek ini direncakan berdiri di atas lahan seluas 880 hektar di Sukabumi, Jawa Barat, dan diproyeksikan memakan biaya sekitar Rp18 triliun.