Satelit SATRIA-2 Siap Warnai 2024, ‘Penerus’ SATRIA-1 Senilai Rp13,6 T
Uzone.id – Pada pertengahan 2023, warga Indonesia sempat ramai karena peluncuran satelit SATRIA-1 dari Florida, Amerika Serikat menggunakan roket Falcon milik SpaceX. Nah, di tahun 2024 ini, pemerintah berencana mempersiapkan satelit SATRIA-2 untuk menjalankan misi yang sama. Apa bedanya dengan SATRIA-1?
Pemerintah melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) mengumumkan kalau pihaknya di tahun 2024 akan mempersiapkan pengembangan satelit SATRIA-2 ini untuk melengkapi wilayah yang belum terjamah Satria-1."SATRIA-1 saat ini tidak mencukupi kapasitasnya untuk mencakup seluruh area dan layanan publik yang tidak tercakup oleh teknologi terestrial. Sehingga, kita masih memerlukan kapasitas lagi, itu yang akan kita tambahkan melalui Satria-2," ungkap Direktur Utama BAKTI, Fadhilah Mathar kepada beberapa awak media belum lama ini.
Sedangkan dari penuturan Kepala Divisi Satelit BAKTI Sri Sanggrama Aradea, saat ini pengembangan Satria-2 masih berada di tahap diskusi teknis mengenai pendanaan.
Berikut beberapa hal yang Uzone rangkum buat kalian yang penasaran dengan satelit Satria-2 ini.
Apa itu SATRIA-2?
Sama seperti SATRIA-1, SATRIA-2 memiliki kepanjangan Satelit Republik Indonesia 2. Kurang lebih, SATRIA-2 ini adalah penerus SATRIA-1 dengan tugas yang mirip, namun beda jangkauan dan kapasitas yang dibawanya.
Bedanya apa dengan SATRIA-1?
SATRIA-1 yang kini sudah mengorbit itu dibekali kapasitas internet 150 Gbps. Sedangkan SATRIA-2 rencananya akan membawa peningkatan kapasitas signifikan yang mencapai 300 Gbps.
Kedua satelit ini memang diperuntukkan untuk daerah 3T di Indonesia, namun SATRIA-2 akan melengkapi daerah-daerah pelosok yang kemungkinan besar belum terjamah oleh SATRIA-1. BAKTI juga memprediksi SATRIA-1 dan SATRIA-2 kemungkinan besar akan mengorbit di dua slot orbit yang berbeda.
Fadhilah pun menjelaskan kalau SATRIA-2 ini hadir untuk menyebarkan internet ke daerah yang sulit dijangkau oleh BTS-BTS secara optimal.
“BTS yang kami bangun sebanyak 7.000 ini ‘kan kapasitasnya masih kurang. SATRIA-1 pun kami rencanakan menyebarkan internet ke 4-5 ribu titik dulu, tidak langsung 37 ribu titik. Semua secara bertahap selama dua tahun,” jelasnya kala itu.
Sedangkan titik tambahan yang dicanangkan untuk SATRIA-2 sekitar 45 ribu titik, namun tentu saja hal ini masih dalam tahap penggodokan.
“SATRIA-2 ini akan memperkuat akses konektivitas karena teknologi satelit cocok untuk daerah-daerah 3T. Kalau daerah 3T nggak mungkin kita tarik kabel, pakai fixed broadband kan tidak mungkin,” jelas Menkominfo Budi Arie Setiadi belum lama ini secara terpisah.
Pengembangan dan nilai investasi
Dari yang disampaikan Aradea beberapa waktu lalu, proses pengembangan SATRIA-2 masih menunggu persetujuan Bappenas dan Kementerian Keuangan.
“Kami mau pemetaan lagi agar tepat sasaran. Saat ini yang tercatat di green book kita senilai USD884 juta investasinya, kurang lebih segitu,” kata Aradea.
Nilai tersebut jika dikonversikan menjadi sekitar Rp13,6 triliun.
Budi Arie juga mengklaim sudah banyak investor dari luar negeri yang tertarik dengan proyek SATRIA-2. Ia hanya menyebutkan asal negara.
“Prancis, Inggris, China, Amerika. Nanti kita lihat mana yang paling murah dan bagus, itu yang kita akan pakai,” ungkapnya.
Seperti yang sudah diwartakan sebelumnya, SATRIA-1 dinobatkan sebagai satelit paling besar se-Asia yang sepenuhnya dioperasikan oleh pemerintah Indonesia. Beberapa sumber bahkan menyebut kalau satelit ini merupakan yang paling besar ke-5 di dunia.
Satelit ini punya bobot seberat 4,6 ton dan bisa beroperasi selama kurang lebih 15 tahun di orbitnya. Selain jadi satelit paling besar, SATRIA-1 juga dibekali dengan teknologi canggih untuk memancarkan sinyal internet ke wilayah Indonesia khususnya ke wilayah 3T.
Pemilihan teknologi ini menyesuaikan pada kondisi geografis yang beragam di daerah 3T, dimana tak semua wilayah bisa terhubung dengan jalur darat.
Operasional SATRIA-1 didukung 1 stasiun bumi atau gateway yang terletak di beberapa kota di Indonesia, antara lain di Cikarang, Batam, Banjarmasin, Tarakan, Pontianak, Kupang, Ambon, Manado, Manokwari, Timika, dan Jayapura.