Home
/
Lifestyle

Roman Sam Kok dan Pantangan Ahok di Penjara

Roman Sam Kok dan Pantangan Ahok di Penjara

Reza Gunadha07 August 2017
Bagikan :

Penjara ternyata membuat mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama bisa menikmati banyak waktu luang, terutama untuk menambah ilmu pengetahuan.

Sebab, Ahok—sapaan beken Basuki—bisa memunyai banyak waktu untuk membaca buku-buku yang selama ini ingin ia daras.

Salah satu buku yang sedang asyik dibaca Ahok adalah roman “San Guo Yan Yi” atau lebih dikenal dengan judul “Sam Kok”, karya sastrawan dinasti Ming, Luo Guan-zhong.

Novel itu merupakan roman mengenai tiga kerajaan Wei, Shu, dan Wu, yang saling berperang memperebutkan pengaruh sebelum ketiganya disatukan menjadi Tiongkok.

"Saya kali terakhir bertemu Pak Ahok di penjara pada Jumat (5/8). Dia lagi giat membaca buku Sam Kok. Dia banyak cerita tentang buku itu,” tutur pengacara sekaligus Juru Bicara Ahok, I Wayan Sudirta di Bali, Minggu (6/8/2017).

Ia mengatakan, Ahok giat membaca buku tersebut untuk mengerti teori politik dan kekuasaan. Ahok menceritakan kepada Sudirta, roman tersebut bercerita mengenai sebab musabab satu kekuasaan harus diruntuhkan dan pemerintahan yang seharusnya dipertahankan.

Ahok, sambung Sudirta, menuturkan roman Sam Kok juga mengajarkannya bahwa perdana menteri atau sosok bertipikal seperti itu lebih memunyai kuasa daripada kaisar atau pemimpin utama.

“Selain buku itu, Pak Ahok juga suka membaca buku karya Nurcholis Majid (cendikiawan Islam), dan banyak lainnya. Dia juga menulis pengalaman pribadinya selama di balik jeruji, mau dirampungkan menjadi buku,” tuturnya.

Namun, satu hal yang menjadi pantangan bagi Ahok selama di penjara, yakni berbicara mengenai politik.

”Dia ingin bercanda saja, tak mau berbicara soal politik. Begitu juga kalau dikunjungi orang-orang, tak mau bicara politik. Soal pemerintahan, seperti Simpang Susun Semanggi juga tak mau berkomentar,” tandasnya.

populerRelated Article