Review Samsung Galaxy A54: Kameranya Gak Bikin Kecewa
Uzone.id - Ada banyak variasi smartphone di segmen menengah, dominannya sih brand asal China. Tapi Samsung gak tinggal diam dihimpit brand seperti Oppo, Xiaomi, Realme, Vivo, dan lain sebagainya.
Pabrikan asal Korea Selatan itu menghadirkan Galaxy A Series untuk ‘melawan’ kompetitornya di segmen paling ramai ini. Dan waspada buat Xiaomi dkk, Galaxy A Series sekarang jauh lebih menarik dari sebelumnya setelah kehadiran Samsung Galaxy A54.Dibanding seri sebelumnya, Samsung Galaxy A54 jauh lebih menarik, bahkan kalau dibandingin ponsel di kelasnya. Selain harganya yang terjangkau mulai Rp5,9 jutaan, desain ponsel ini pun sudah menyerempet kelas flagship.
Fitur dan speknya pun sudah mumpuni, baik dari dapur pacu hingga kameranya. Well, tim Uzone.id telah menggunakan Samsung Galaxy A54 sebagai daily driver selama beberapa minggu, dan berikut impresi lengkap kami dalam review Samsung Galaxy A54.
Desain
Desain Galaxy A Series berubah, kini menyerupai Galaxy S Series yang jadi model termewah. Samsung Galaxy A54 dibuat dengan bahasa desain yang mirip Galaxy S23 atau S23+, dimana pengaturan kameranya dibuat frameless dan sejajar vertikal.
Galaxy Identity, begitu Samsung menyebut konsep desain baru ini. Sesuai dengan namanya, konsep ini membuat satu produk dengan produk lainnya punya identitas desain yang serupa.
Identitas dari Galaxy S23 Series pun jadi benchmark untuk model-model ponsel Samsung lainnya, baik kelas menengah hingga entry sekalipun. Samsung Galaxy A54 punya bodi belakang yang mirip dengan Samsung Galaxy S23, begitu juga dengan bentuk kameranya.
Lensa kamera masing-masing punya lingkaran silver yang mengkilap dan dibuat agak menonjol. Sepintas memang nyaris tak ada beda dengan Samsung Galaxy S23 atau Galaxy S23+.
Namun secara teknis, material yang digunakannya berbeda jauh. Bodi belakang smartphone ini terbuat dari kaca dan dilapisi Gorilla Glass 5, namun bingkai bodinya bukanlah aluminium, melainkan polikarbonat saja.
Teknik pewarnaannya juga dibuat berbeda, karena Galaxy A54 punya warna-warna yang lebih mengkilap dari Samsung Galaxy S23 yang dibikin dengan tekstur matte. Kalian tau pasti, bodi kaca dengan warna yang glossy imbasnya apa, ya sidik jari yang mudah menempel di belakang bodi.
Adapun buat warna, ada 4 pilihan warna, Awesome Lime dengan kelir hijau terang, Awesome Graphite yang terlihat elegan dengan warna hitamnya, Awesome Violet berwarna ungu yang cantik, serta Awesome White yang kelihatan elegan. Sementara unit Samsung Galaxy A54 yang kami review berwarna Awesome Graphite.
Kendati begitu, kesan flagship masih bisa kami rasakan berkat adanya rating IP67 tahan air dan debu. Info saja, perangkat dengan rating ini seharusnya masih bisa bertahan dan menyala walau berada di dalam air di kedalaman 1 meter selama 30 menit.
Dan lagi, rating IP67 pada smartphone kelas menengah masih terbilang jarang. Ini adalah nilai plus yang ditawarkan Samsung Galaxy A54 kepada para konsumennya.
Genggaman khas Galaxy S23+
Menggunakan smartphone ini begitu memudahkan, lantaran dimensi dan ukuran layarnya yang pas dan tidak terlalu besar. Tapi yang bikin unik, feel memakai ponsel ini agak mirip seperti saat kami menggunakan Samsung Galaxy S23+.
Di atas kertas, sebenarnya dimensi Samsung Galaxy A54 memang berada di tengah-tengah antara Samsung Galaxy S23 dan Galaxy S23+. Namun kalau dibandingkan, ponsel ini lebih mendekati Samsung Galaxy S23+.
Secara bobot, tak berbeda jauh, 202 gram untuk Galaxy A54 dan 196 gram buat Galaxy S23+. Dimensinya pun kurang lebih cukup mirip, Galaxy A54 lebih tinggi 0,4 mm dan tebal 0,6 mm ketimbang Samsung Galaxy S23+.
Identitas asli Galaxy A Series hilang
Galaxy Identity bolehlah dianggap sebagai konsep desain baru yang diusung Samsung tahun ini. Namun kami berpendapat, hal ini malah memunculkan 2 imbas negatif bagi Galaxy S dan Galaxy A Series.
Pertama, desain Samsung Galaxy S23 dan Galaxy S23+ yang diadaptasi oleh kelas yang lebih bawah membuatnya jadi terlihat lebih pasaran. Menurut kami, ponsel flagship haruslah punya desain yang eksklusif, contoh Oppo dengan Find X6 Pro, Vivo lewat X80 Pro atau X90 Pro. Xiaomi melalui Xiaomi 12 Series atau 13 Series, beda dengan kelas menengah dan bawahnya kan?
Kedua, Galaxy Identity malah menghilangkan jati diri Galaxy A Series. Galaxy A Series biasanya enak dipandang, walau tak mengusung ‘gimmick’ seperti gradasi warna atau pantulan cahaya yang diadopsi merek-merek ponsel asal China.
Bukan berarti desain ala Galaxy S23 tidak enak dipandang, namun ciri khas Galaxy A Series yang kerap jadi inspirasi langsung hilang di generasi tahun ini. Untung, Samsung masih mengimplementasi pilihan warna eye-catching pada Galaxy A54 sebagai sentuhan akhirnya.
Layar pas, meski bezel masih tebal
Samsung Galaxy A54 memiliki panel OLED seluas 6,4 inci yang dikelilingi bezel cukup simetris di seluruh sisinya. Namun, bezel ini tak tipis, agak tebal malah bisa dibilang.
Aspek rasio layarnya pun tak sepanjang seri sebelumnya yang mengusung 20:9. Kini, Samsung menerapkan aspek rasio 19,5:9 yang sedikit lebih lebar, namun tetap memuaskan secara visual.
Layarnya punya segudang fitur untuk memanjakan mata pengguna sehari-hari. Mulai dari resolusi Full HD+ dengan intensitas cahaya maksimal 1.000 nits yang super terang.
Intensitas cahaya yang tinggi membuat layar ponsel tetap bisa dilihat secara maksimal di kondisi pencahayaan apapun, termasuk saat sinar matahari sedang terik-teriknya. Ditambah dengan fitur Vision Booster ala Galaxy S23 Series, warna akan diubah secara signifikan agar konten yang tampil di layar tetap terbaca dengan sangat baik di kondisi lingkungan yang terlalu terang.
Layar Samsung Galaxy A54 juga sudah mengantongi sertifikasi HDR10+. Itu berarti, kalian bisa nonton video beresolusi tinggi dan HDR di YouTube, nonton film dan serial favorit dengan format HDR di Netflix.
Gak cuma itu, sertifikat Widevine L1 juga sudah didapatkan layar ponsel ini. Jadi, konten HDR bisa tampil di resolusi tertinggi Full HD.
Buat gamer, refresh rate 120Hz harusnya lebih dari cukup. Walau tak adaptif, namun kecepatan refresh ini bikin gameplay permainan terasa lebih smooth, apalagi saat game memang punya kapabilitas untuk dimainkan di frame rate yang tinggi.
Selain ngegame, scrolling aplikasi, medsos, internet, dan aplikasi yang mendukung frame rate tinggi, bakal lebih mengasyikkan.
Lapisan pelindung layarnya pun cukup oke, Gorilla Glass 5. Well, memang agak ketinggalan dibanding Gorilla Glass 6 apalagi Victus, tapi daripada gak dapat perlindungan sama sekali, ya kan?
Exynos 1380 + One UI 5.1, perpaduan sempurna
Samsung menyematkan SoC (system on chip) generasi terbaru pada Galaxy A54, yakni Exnos 1380. Chipset ini dibuat dengan fabrikasi 5nm EUV, dan datang dengan CPU dan GPU lebih cepat dari Exynos 1280, juga lebih efisien dayanya dibanding prosesor pada Samsung Galaxy A53 tersebut.
Chipset ini membawa konfigurasi CPU dua cluster, terdiri dari 4-core Cortex A78 dengan clock-speed 2,4 GHz dan 4-core Cortex A55 dengan clock-speed 2 GHz.
Sebenarnya Exynos 1280 punya jumlah core dan kecepatan yang sama. Namun, konfigurasinya 2-core untuk performa dan 6-core buat efisiensi, sehingga di atas kertas kinerja Exynos 1380 pun lebih cepat dengan jumlah core performance yang lebih banyak.
Samsung mengklaim, kinerja CPU pada prosesor ini lebih ngebut 20 persen ketimbang Exynos 1280 yang dipakai oleh Galaxy A53 5G. Chipset ini dilengkapi GPU atau kartu grafis Mali G68 yang kinerjanya meningkat 26 persen dari sebelumnya.
Kinerja Exynos 1380 begitu terasa kekuatannya ketika dipadukan dengan sistem operasi One UI 5.1 berbasis Android 13.
Sistem operasi ini ringan, kendati segudang fitur dihadirkan. One UI 5.1 di Galaxy A54 rasanya sama dengan Galaxy S23, minus beberapa fitur eksklusif seperti Samsung DeX misalnya.
Gak ngelag ketika beralih dari satu aplikasi ke aplikasi lainnya. Buka dua aplikasi secara bersamaan juga lancar jaya tanpa kendala. Keunggulan lainnya dari sistem operasi ini, tak banyak bloatware dan sama sekali gak ada iklan, tak seperti Xiaomi maupun Realme yang mulai menjejalkan iklan pada sistem operasinya.
Untuk membuktikan kinerja Samsung Galaxy A54, kami pun menggunakan AnTuTu Benchmark versi 9, PCMark, dan 3DMark. Kedua aplikasi ini menjalankan simulasi tertentu untuk mengukur kekuatan dapur pacu dari sebuah ponsel.
Di AnTuTu Benchmark, Samsung Galaxy A54 mendapatkan skor 510 ribuan poin. Nilai ini jauh lebih tinggi ketimbang MediaTek Dimensity 1080 yang digunakan banyak ponsel kelas menengah, namun masih agak tertinggal jika dibandingkan dengan Snapdragon 782G.
Kinerja Exynos 1380 bisa dibilang hampir setara dengan Snapdragon 778G, prosesor gaming kelas menengah buatan Qualcomm. Buat ponsel Rp5 jutaan, skor ini sudah cukup memuaskan buat kami.
Sementara di PCMark, berbagai simulasi dijalankan aplikasi ini untuk mengukur kinerja ponsel secara keseluruhan. Kebanyakan simulasi adalah kegiatan yang sering dilakukan pengguna sehari-hari, seperti browsing, mengetik, hingga editing foto dan video.
Samsung Galaxy A54 berhasil memperoleh skor 12.147 poin. One UI 5.1 secara pintar memaksimalkan kinerja Exynos 1380 pada tugas-tugas yang memberatkan, seperti editing foto, editing video, hingga manipulasi data.
Hanya saja, dengan jumlah efficiency-core yang lebih sedikit dari sebelumnya, berimbas pada daya tahan baterai yang cukup draining.
Masih diuji dengan PCMark, baterai 5.000 mAh Samsung Galaxy A54 cuma bisa bertahan 12 jam 52 menit saja. Lebih rendah di antara ponsel 5.000 mAh lainnya yang sempat kami review sebelumnya.
Baterai Samsung Galaxy A54 bisa diisi dayanya dengan fast charging 25W. Hanya saja, ponsel ini dijual tanpa adaptor charger dan hanya disediakan kabel USB-C saja dalam paket pembeliannya.
Beruntung, kami punya adaptor 25W original Samsung untuk menguji kecepatan charging ponsel ini. Mengisi dari 5 persen sampai penuh, butuh waktu hingga 90 menit.
Lagi-lagi sektor baterai ini jadi kekurangan dari Samsung Galaxy A54. Bukan cuma daya tahannya yang kurang impresif, kecepatan fast charging-nya juga tak setinggi ponsel lain di kelasnya yang rata-rata di atas 45W.
Pengujian lain kami menggunakan aplikasi 3DMark untuk mengukur kinerja grafisnya. Samsung Galaxy A54 berhasil melalui simulasi Wild Life dan Wild Life Extreme dengan baik dengan rata-rata frame rate yang lumayan hasilnya.
Di Wild Life, frame rate rerata yang diraih mencapai 16,80 FPS dengan skor mencapai 2.807 poin. Sedangkan diuji dengan Wild Life Extreme, stabilisasi Exynos 1380 langsung terlihat jelas.
20 menit simulasi grafis berat dijalankan, stabilisasinya mencapai 99,4 persen dengan skor terbaik mencapai 4.201 poin. Rata-rata frame rate yang didapatkan ponsel ini juga cukup tinggi, berada di rentang 17 FPS sampai 31 FPS.
Kamera
Samsung Galaxy A54 dibekali dengan kamera utama bersensor 50 MP. Secara resolusi memang 'turun' dari sebelumnya 64 MP. Namun secara kualitas, ini adalah peningkatan signifikan.
Bukan sembarang 50 MP, sensor yang digunakannya adalah Sony IMX766 yang lumrah digunakan pada smartphone flagship.
Kamera ini menghasilkan gambar dengan resolusi 12 MP secara default, berkat proses 4-in-1 pixel binning yang memadatkan 4 piksel menjadi 1 piksel untuk menghasilkan gambar dengan warna dan detail yang jauh lebih baik.
Belum lagi, kamera utama ini sudah didukung teknologi wider OIS yang membuatnya menghasilkan video bebas efek guncangan. Berbekal OIS yang lebih baik pun, hasil konten yang diambil di malam hari jadi minim noise dan tetap memiliki detail dan warna yang berkualitas tinggi.
Sementara kamera sisanya, terdapat kamera ultrawide 12 MP dan makro 5 MP. Di depan, ada kamera selfie 32 MP.
Berbicara soal kualitasnya, kamera utama Samsung Galaxy A54 berhasil memukau kami. Kamera ini memberikan peningkatan kualitas yang signifikan dibandingkan sebelumnya.
Warna yang ditampilkan luar biasa, terutama saat memotret di siang hari dengan kondisi pencahayaan yang cukup. Akurasi white balance-nya juga oke dengan rentang dinamis yang pas, tak berlebihan semuanya.
Kami mengapresiasi kualitas detail yang dihasilkan kamera utama smartphone ini. Tajam, tapi tidak terlalu terlihat 'dibantu' oleh sistem AI Scene Recognition.
Saking bagusnya detail kamera ini, memotret dengan opsi 2x optical zoom juga menghasilkan gambar yang baik. Warnanya tetap bisa dinikmati secara maksimal, minim noise pula.
Kamera ultrawide Samsung emang gak gimmick. Kualitasnya oke, malah lebih bagus dari ponsel sekelasnya yang mengusung kamera ultra lebar beresolusi yang sama.
Warnanya tetap natural, walau hasil polesan AI. Tidak berlebihan, malah makin bagus jadinya. Detailnya pun terlihat ciamik dengan rentang dinamis yang terbilang konsisten.
Bagaimana dengan kamera makronya? Bagus juga. Meski tidak didukung autofokus, resolusi yang besar memberikan detail yang lebih bagus ketimbang kamera 2 MP.
Warnanya pun akurat, walau memang cukup sulit memotret objek dari jarak dekat tanpa bantuan autofokus.
Soal selfie, sensor 32 MP juga mengalami proses pencitraan pixel binning, sehingga hasilnya 12 MP untuk mode lebar atau standar dan 8 MP untuk mode cropping.
Berbicara kualitas, memang tak sebagus foto selfie keluaran Oppo atau Vivo kalau soal warna. Tapi jika adu detail, kamera ini gak akan malu-maluin, bagus kok.
Video nih, Samsung Galaxy A54 dengan dukungan wider OIS memungkinkan penggunanya buat ngerekam video super steady di resolusi tertinggi. Ada bantuan EIS jika mau dimanfaatkan, tapi resolusi video bakal turun ke 1080p pada 30 FPS dengan hasil gambar yang agak di-crop.
Hasil kamera Samsung Galaxy A54:
Kesimpulan
Tugas Galaxy A54 gak mudah di pasaran. Selain menjadi sukses Galaxy A53, ponsel ini juga dipersiapkan sebagai 'tipe tertinggi' dari Galaxy A Series sejauh ini, setelah Samsung memutuskan untuk menghentikan Galaxy A7x Series.
Menggantikan 2 seri sekaligus, ekspektasi tinggi pun ditaruh pada Samsung Galaxy A54. Desainnya gak boleh kelihatan murah, speknya harus tinggi, kualitas kameranya pun wajib mumpuni.
Semuanya ditawarkan oleh Samsung Galaxy A54, meski ada beberapa catatan minus berdasarkan review yang kami lakukan.
Hilangnya identitas Galaxy A Series memang bikin cukup kecewa. Tapi tak apa, toh smartphone ini tetap mengusung desain khas Galaxy S23 yang notabene menjadi seri flagship Samsung di tahun ini.
Adanya perlindungan terhadap air dan debu dengan rating IP67 juga membuktikan Samsung tak main-main di kelas menengah. Fitur ini ibarat oase dikala banyak pinsel keren tapi tak diberikan perlindungan yang mumpuni.
Kekuatan Exynos 2380 begitu terasa saat disandingkan dengan One UI 5.1. Kinerjanya tergolong powerful dan stabil, meski efisiensi dayanya kurang memuaskan buat kami. Fitur fast charging-nya pun tak begitu impresif.
Kamera utama dengan sensor flagship dan kamera ultrawide berkualitas ciamik, jadi nilai tambah yang bikin ponsel ini kian menarik. Stabilisasinya juga hebat, secara overall kualitas kameranya jadi salah satu yang terbaik di kelasnya.
Secara keseluruhan, Samsung Galaxy A54 adalah ponsel menengah yang hebat. Peningkatannya begitu terasa dibandingkan sebelumnya, bahkan dibanderol dengan harga lebih murah dibanding Samsung Galaxy A53 saat pertama kali dijual di Indonesia.