Pohon-Pohon Baobab Kuno di Afrika Mati secara Misterius
-
Pohon-pohon baobab pertama kali tumbuh menyebar di padang rumput Afrika pada 1.500 tahun lalu. Seiring berjalannya waktu, pohon kuno ini kemudian menjadi ikon bagi Benua Hitam.
Dengan bentuknya yang unik dan mampu tumbuh begitu tinggi hingga mencapai 30 meter dengan diameter batang hingga 11 meter, wajar saja jika pohon asli Afrika ini dengan cepat menarik perhatian dunia.Saking besar dan lebarnya batang pohon yang bernama latin Adansonia digitata ini, ada sebuah pohon baobab di Afrika Selatan yang sempat dimanfaatkan dengan dijadikan sebagai pub. Pub yang didirikan di dalam rongga batang pohon berjuluk sunland baobab ini sempat menarik perhatian banyak turis dari seluruh dunia.
Sayangnya, sebagaimana dikutip dari Newsweek, sejak dua tahun lalu pohon yang dijadikan pub ini mulai terbelah jadi dua dan akhirnya hancur berkeping-keping.
Yang lebih menyedihkan lagi, para peneliti menemukan bahwa dalam satu dekade terakhir, banyak pohon baobab yang telah mati dan tumbang secara misterius. Hasil riset yang telah dipublikasikan pekan lalu di Nature Plants menyatakan, dalam satu dekade terakhir sebagian pohon baobab yang paling tua dan paling besar telah mati.
Para peneliti mengatakan kematian pohon-pohon baobab bukanlah disebabkan oleh penyakit epidemik karena mereka tidak menemukan adanya infeksi pada pohon-pohon tersebut. Mereka menduga kematian pohon-pohon baobab mungkin terkait dengan perubahan iklim, tapi sayangnya mereka belum punya bukti konkret soal ini.
"Kami menduga bahwa kematian pohon-pohon baobab monumental mungkin terkait, setidaknya sebagian, dengan perubahan signifikan dari kondisi iklim yang mempengaruhi Afrika bagian selatan khususnya," kata Dr. Adrian Patrut dari Babes-Bolyai University di Rumania, yang memimpin tim riset ini, kepada BBC News.
"Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mendukung atau membantah anggapan ini," katanya lagi.
Para peneliti sebelumnya telah memantau kondisi pohon-pohon baobab di Afrika Selatan sejak 2015 lalu. Dari pemantauan selama bertahun-tahun ini mereka menemukan bahwa delapan dari 13 pohon baobab tertua telah sepenuhnya mati ataupun bagian dari pohon-pohon tersebut telah tumbang.
Kondisi kering dan suhu yang meningkat mungkin ada hubungannya dengan kematian mendadak pada pohon-pohon baobab, tetapi para ilmuwan mengatakan masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui dengan pasti penyebab kematian massal pohon kuno itu.
“Sangat mengejutkan dan sangat menyedihkan melihat mereka sekarat," kata Patrut.
Tidak hanya pohon-pohon baobab, pohon-pohon tropis di hutan awan Kosta Rika juga tampak mati karena naiknya suhu di sana. Tingkat kematian pohon-pohon itu adalah peringatan bersama bagi para ilmuwan yang khawatir bahwa datangnya kematian massal pepohonan itu terjadi cepat atau bahkan terlalu cepat.
"Sangat mungkin bahwa tindakan manusia, apakah dengan mengubah lanskap lokal atau mengubah iklim global, telah berkontribusi terhadap kematian begitu banyak pohon-pohon baobab besar," kata David Baum, ahli ekologi di University of Wisconsin-Madison kepada NPR.