Home
/
Startup

Platform Edutech Zenius Ingin Anak Tak Lagi Malas Sekolah Online

Platform Edutech Zenius Ingin Anak Tak Lagi Malas Sekolah Online

Siti Sarifah13 December 2021
Bagikan :

Uzone.id - Sebuah survei yang dilakukan oleh KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) tahun lalu menunjukkan bahwa sekitar 76,7 persen siswa mengaku tidak senang dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), dan 81,8 persen mengaku proses tersebut menekankan pada pemberian tugas, bukan pada diskusi.

Sebuah penelitian yang dipublikasikan pada Jurnal Studi Guru dan Pembelajaran Agustus 2021 lalu juga menjelaskan bahwa dalam implementasi PJJ banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal, seperti waktu pembelajaran yang fleksibel, presentasi guru yang terbatas interaksinya dan monoton, dan kebingungan siswa atas sistem PJJ yang kian berubah. Beberapa hal ini akan berpengaruh pada menurunnya motivasi belajar siswa, dan pada akhirnya menyebabkan learning loss atau gagal terbentuknya pengetahuan/pembelajaran baru.

Menurut Psikolog anak dan remaja dari PION Clinician, Katarina Ira Puspita, berpendapat bahwa di masa pandemi ini sistem pembelajaran jarak jauh punya struktur yang kurang jelas dibandingkan di kelas formal.

“Tidak semua keluarga punya area belajar khusus, sehingga anak bisa belajar di mana saja dan sulit menghindari distraksi dari lingkungan sekitar. Hal ini akan mempengaruhi fokus dan konsentrasi serta performa belajar anak”, jelasnya.

“Absennya elemen sosial membuat proses belajar menjadi kurang menyenangkan. Anak sulit untuk bertanya langsung jika ada hal yang kurang dipahami, karena tidak semua orangtua bisa mendampingi. Sekolah seringkali jadi identik dengan tugas sehingga anak lebih jenuh dan tidak termotivasi," ujar dia lagi.

Zenius punya wadah belajar untuk anak-anak

Sadar akan tantangan tersebut, platform edukasi teknologi, Zenius, baru-baru ini menghadirkan wadah baru bagi orang tua dan guru untuk membantu si kecil belajar sambil jelajahi dunia pembelajaran virtual melalui ZeniusLand. Melalui platform ini, anak-anak usia 7 hingga 12 tahun akan bisa belajar bahasa, matematika, dan bidang lainnya berdasarkan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) secara interaktif dan menyenangkan.

Founder dan Chief Education Officer Zenius, Sabda PS menjelaskan mengapa tim Zenius menekankan pada pengalaman yang ‘fun’ dalam merancang materi yang diberikan. “Belajar untuk mencapai target orang tua atau sekolah memang tidak salah, namun motivasi eksternal seperti itu akan lekas menguap begitu target tersebut tercapai. Sehingga, dibutuhkan pengalaman yang memicu emosi positif agar materi mudah dipahami selama mungkin.

Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Katarina tentang bagaimana menjaga semangat dan motivasi belajar si kecil. “Orang tua dan guru perlu menciptakan suasana menyenangkan dan membangun emosi positif anak dalam hal belajar. Ini bisa dilakukan dengan memvariasikan kegiatan dalam proses belajar setiap harinya seperti menyelingi penjelasan materi dengan kegiatan. Selain itu, berilah anak kesempatan untuk memilih pelajarannya agar mereka semakin semangat. Upayakan agar anak bisa praktek langsung dengan memberikan project yang memicu kreativitasnya. Terakhir, penggunaan media interaktif seperti video atau permainan bisa membuat anak lebih senang dan mau terlibat dalam proses pembelajaran,” paparnya.

Beberapa hal tersebut menjadi alasan ZeniusLand untuk fokus menumbuhkan motivasi internal anak dalam belajar. Materi yang disajikan tidak monoton, melainkan berupa video interaktif yang disajikan dalam bentuk cerita, dan menunjukkan aplikasi nyata berbagai materi pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, penjelasan konsep pelajaran juga dipandu oleh karakter virtual menggemaskan bernama Gika, Aksa, dan Maji dengan cara yang mudah dimengerti anak-anak.

Zenius Land

Agar proses belajar dan mengajar tetap menyenangkan, orang tua dan guru bisa memanfaatkan berbagai platform teknologi yang ada. Menurut penelitian dari Neurosensum Indonesia Februari lalu, 87 persen anak-anak Indonesia sudah akrab dengan dunia media sosial sebelum menginjak usia 13 tahun - dan platform media sosial yang paling banyak digunakan adalah YouTube (78 persen). Sehingga, Zenius juga meluncurkan web series lucu, menghibur, sekaligus mendidik berjudul “Cerita Tiga Sekawan” untuk menambah semangat eksplorasi belajar anak .

Sejalan dengan hal tersebut, Sabda mengatakan, “Zenius selalu menekankan pentingnya untuk menjadi cerdas, lebih dari sekadar tahu. Cerdas di sini berarti memiliki keterampilan dasar (fundamental skills) yang baik, mulai dari matematika dasar, membaca, dan penalaran ilmiah. Selain itu, kurikulum rancangan kami juga memiliki misi untuk menumbuhkan kecintaan terhadap belajar dalam diri semua orang sejak dini. Ketika orang sudah memiliki kecintaan belajar sejak kecil, mereka akan memiliki kemampuan untuk menyerap konsep pembelajaran dengan mudah.”

ZeniusLand menawarkan konsep belajar yang menarik untuk si kecil, karena materi diberikan melalui permainan dan gambar interaktif. Anak dapat belajar dengan fun, tidak merasa terbebani, dan belajar menjadi lebih efektif. Proses belajar butuh pengulangan, jika cara dan materinya menyenangkan, maka anak akan terus tertarik.

Pada tahap awal, ZeniusLand telah menghadirkan lebih dari 40 video pembelajaran, lebih dari 200 pertanyaan, dan lebih dari 40 materi pembelajaran interaktif untuk siswa kelas 4-6 SD. Platform ini telah tersedia di Android, dan akan segera tersedia di iOS. Ke depannya, Zenius juga berencana memperluas jangkauan kurikulum hingga meliputi kelas 1-3 SD. “Cerdas, Cerah, Asik, adalah visi Zenius, di mana kami ingin merangkai anak-anak Indonesia yang cerdas, memiliki fundamental skill yang baik, cerah, memiliki kerangka dalam berpengetahuan, dan asik, memiliki pemahaman tentang keberagaman pemikiran dan nilai-nilai manusia,” tutup Sabda.

populerRelated Article