Pengguna Telegram Nambah 25 Juta dalam 72 Jam, Imbas Kebijakan Baru WhatsApp?
Uzone.id - Usai kebijakan baru WhatsApp diberlakukan dan menuai banyak kontroversi, beberapa pengguna memutuskan untuk pindah ke aplikasi pesan instan yang lain. Tak hanya Signal, Telegram pun menuai banyak pengguna baru dalam beberapa hari terakhir.
Dalam keterangan resmi pihak Telegram, selama 72 jam belakangan, Telegram telah mendapatkan sebanyak 25 juta pengguna baru dari seluruh dunia. Angka itu merupakan pencapaian tertinggi karena diraih hanya dalam kurun 3 hari saja.Penambahan pengguna baru ini secara tidak langsung membuat Telegram mampu melewati angka 500 juta pengguna aktif saat ini.
BACA JUGA: Bukan WhatsApp, Elon Musk Rekomendasi Pakai Signal
"Terima kasih! Pencapaian ini terjadi karena pengguna seperti kalian mau mengundang teman-teman ke Telegram," tulis pihak Telegram dalam notifikasi yang muncul di aplikasi tersebut.
Selain mengucapkan terima kasih, Telegram juga mengajak pengguna lama untuk menyambut para pengguna baru dengan cara yang unik. Pengguna bisa menyambut mereka dengan menggunakan stiker animasi atau pesan video yang ada di aplikasi tersebut.
Sebelumnya, aplikasi pesan instan lain, Signal juga mengaku kewalahan mendapatkan pengguna baru dalam beberapa hari belakangan. Jumlah pengguna baru membludak dikarenakan dukungan dari Elon Musk yang meminta para pengguna WhatsApp untuk beralih ke Signal.
Baca juga: ChatAja, Aplikasi Pengganti WhatsApp Buatan Anak Bangsa
Karena membludaknya para imigran WhatsApp ke Signal, maka ketika mendaftar, sempat mengakibatkan adanya keterlambatan pengiriman verifikasi kode ke nomor ponsel pengguna.
Signal didanai oleh Brian Acton, co-founder WhatsApp yang telah beberapa kali mengkritik kebijakan privasi WhatsApp setelah dibeli Facebook.
Belakangan, WhatsApp menuai kontroversi karena adanya perubahan kebijakan yang memaksa pengguna untuk mau berbagi data privasi ke Facebook dan produk turunannya. Jika tidak setuju maka pengguna tidak akan bisa lagi berinteraksi menggunakan aplikasi tersebut.
Menurut pihak WhatsApp, hal ini bukanlah suatu hal yang baru karena platform ini telah membagikan sejumlah data terbatas dengan Facebook di ranah backend sejak 2016, khususnya untuk kebutuhan infrastruktur. Selain itu, update ini hanya berfokus pada perpesanan bisnis.