Moncer di Zaman Soeharto, Mobil Korea Kini Meratapi Nasib
Tahun 1995 adalah waktu pertama kalinya mobil-mobil keluaran Korea Selatan (Korsel) mengaspal di Indonesia. Saat itu Hyundai, KIA, dan Daewoo masuk kloter pertama jajaran merek mobil asal Negeri Ginseng yang dijual di Indonesia.
Satu tahun setelahnya, tepatnya pada 8 Juli 1996, mobil Timor turut diluncurkan. Seperti diketahui, Timor di bawah naungan PT Timor Putra Nasional langsung dikomandoi oleh Tommy Soeharto, putra bungsu Presiden Soeharto. Timor yang masuk di segmen sedan kecil sempat digadang-gadang menjadi proyek mobil nasional. Namun karena satu dan lain hal, perkembangannya terhenti. Model tersebut akhirnya diteruskan lewat produk KIA Sephia. Hal serupa turut dipersiapkan Bambang Trihatmodjo, anak ketiga Soeharto, dengan menghadirkan mobil Bimantara Nanggala dan Cakra yang rencananya akan hadir sebagai mobnas. Namun kenyataannya produk tersebut menjadi Hyundai Accent atau Verna di kemudian hari. Waktu itu mobil Korsel cukup bisa diterima masyarakat berkat harganya yang terjangkau dan kualitas yang tidak kalah dibanding mobil-mobil keluaran merek Jepang. James Luhulima dalam Sejarah Mobil dan Kisah Kehadiran Mobil di Negeri Ini (2012), mencatat harga mobil Timor atau KIA Sephia dijual hanya Rp37 juta on the road. Padahal Toyota Starlet yang berada di kelas hatchback saat itu dibanderol Rp48,4 juta, sementara sedan Toyota Corolla harganya Rp76,35 juta. Sedangkan Bimantara Cakra yang sama-sama lansiran Korsel dipatok Rp39,9 juta. Semenjak itu mobil Korsel mulai jadi pilihan konsumen di Indonesia, di samping produk keluaran Jepang maupun Eropa yang populer di masyarakat. Namun demikian, penjualan mobil Korsel terbilang biasa saja dari tahun ke tahun. Malah dalam lima tahun terakhir penjualannya mengalami penurunan drastis. Data wholesales Gaikindo memperlihatkan pada 2014 mobil Korsel yang diwakili KIA dan Hyundai masih mencatat angka penjualan 11.223 unit. Tahun berikutnya turun ke 4.552 unit dan menjadi 2.766 unit pada 2016. Pada 2017 tinggal Hyundai sebagai merek Korsel yang berada di daftar Gaikindo dengan penjualan sebanyak 1.271 unit. Sementara tahun 2018 lalu, Hyundai dan Hyundai Komersial berhasil mengumpulkan 1.417 unit, naik sedikit dibanding periode sebelumnya. Penjualan mobil Korsel yang terus menurun membuat sejumlah dealer KIA tutup, terutama yang terpantau di wilayah Jakarta. Apalagi setelah KIA keluar dari daftar keanggotaan Gaikindo beberapa tahun lalu. Spekulasi soal bangkrutnya KIA di Indonesia pun merebak. Meski begitu, pabrikan asal Korsel ini membantah kabar tersebut. Menurut Public Relations Kia Indonesia, Dina Andridiana, pihaknya tengah melakukan berbagai upaya untuk memperkuat kondisi internalnya. “KIA memang dalam tahap konsolidasi namun tidak seperti yang diberitakan (bangkrut). Beberapa outlet memang tutup sebagai bagian dari konsolidasi yang dilakukan, termasuk oleh dealer sendiri,” ujarnya kepada Tirto (1/2/2019).Masih Punya Sejumlah Peluang
Anjloknya penjualan mobil Korsel di Indonesia sebetulnya bisa diantisipasi dengan strategi tertentu. Contohnya kehadiran merek Cina seperti Wuling dan DFSK yang jeli melihat pasar dengan langsung terjun di segmen-segmen favorit di Tanah Air.
Hyundai sebagai satu-satunya merek Korsel yang masih terdafar sebagai anggota Gaikindo, tampaknya mulai membaca situasi dengan meluncurkan Sport Utility Vehicle (SUV) Kona lewat ajang Indonesia International Motor Show (IIMS) 2019, April lalu.Segmen SUV tengah digemari hampir di seluruh dunia. Kehadiran Kona yang lebih terjangkau akan melengkapi jajaran SUV Hyundai, yang sebelumnya telah diisi Tucson dan Santa Fe. Praktis, Hyundai bermain hampir di semua segmen SUV, baik itu di kelas bawah, menengah, maupun atas.Tonton video komparasi mobil budget buat mudik:
Biar gak ketinggalan informasi menarik lainnya, ikuti kami di channel Google News dan Whatsapp berikut ini.
Editors' Picks
Most Popular
Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini