Home
/
Health

Mengenal Gejala Silent Stroke, Pembunuh Diam-diam

Mengenal Gejala Silent Stroke, Pembunuh Diam-diam
Tim17 July 2019
Bagikan :

Sebagian besar penyakit stroke, terutama yang fatal menimbulkan gejala yang tampak nyata. Namun, sebagian stroke memiliki gejala yang tak terlihat bahkan tak disadari sama sekali. Kondisi ini dikenal juga dengan gejala silent stroke.

Kondisi ini menimbulkan dampak yang relatif kecil. Namun, dari waktu ke waktu, cedera pada otak dapat mengakibatkan penurunan fungsi kognitif yang signifikan bahkan berujung pada kematian. Oleh karena itu, silent stroke dikenal juga sebagai pembunuh diam-diam.

Silent stroke biasanya disebabkan oleh gumpalan darah, tekanan darah tinggi, arteri yang menyempit, kolesterol tinggi, dan diabetes.

Seperti stroke iskemik, silent stroke juga terjadi ketika suplai darah ke bagian otak tiba-tiba terputus, sehingga mengurangi oksigen dan merusak sel-sel otak.

Namun, gejala silent stroke tak termasuk seperti mati rasa dan tak bisa menggerakkan wajah dan tubuh. Hal ini terjadi karena silent stroke mengganggu pasokan darah ke bagian otak yang tidak mengontrol fungsi tubuh yang terlihat seperti berbicara atau bergerak. Sehingga, gejalanya sulit dikenali.

Silent stroke umumnya hanya memengaruhi sebagian kecil area otak. Dikutip dari situs kesehatan Healthline, kerusakan akibat silent stroke bersifat permanen dan kumulatif. Gejala-gejala seperti kesulitan mengingat, berkonsentrasi, bisa jadi salah dua tanda silent stroke.

Gejala lain yang muncul sering kali tak disadari, bahkan dianggap sama dengan tanda-tanda penuaan. Misalnya, masalah keseimbangan, sering terjatuh, kebocoran urine, perubahan suasana hati, dan menurunnya kemampuan berpikir.

Kebanyakan pasien baru mengetahui mereka terkena stroke saat melakukan pemeriksaan MRI atu CT Scan.

National Institute of Neurological Disorders and Stroke menyebut, terapi rehabilitasi dapat membantu orang yang telah kehilangan sebagian kemampuannya akibat gejala silent stroke yang menimpa sebelumnya. Terapi meliputi terapi fisik, berlatih dengan ahli patologi bicara, sosiolog, hingga ahli kesehatan mental.

Berita Terkait

Tags:
populerRelated Article