Meneropong Potensi Perusahaan Digital Indonesia di Masa Depan
Ilustrasi. (foto: Unsplash)
Uzone.id - Pandemi COVID-19 telah membuahkan ketangguhan ekonomi digital di tanah air. Berdasarkan laporan e-Conomy SEA yang disusun Google, Temasek, dan Bain & Company belum lama ini, ekonomi internet Indonesia secara keseluruhan diperkirakan bernilai 44 miliar USD (GMV) pada 2020.Ada beberapa sektor yang menunjukkan performa terbaik, seperti e-commerce naik 54 persen menjadi 32 miliar USD pada 2020, dari 21 miliar USD pada 2019. Lantas, bagaimana dengan potensi perusahaan digital Indonesia di masa depan?
Terkait hal ini, Ekonom INDEF, Bhima Yudhistira menyatakan bahwa perusahaan digital tanah air memiliki potensi yang sangat besar.
Dalam wawancara khusus dengan Uzone.id, Bhima pun memberikan contoh yang masih hangat diperbincangkan, yaitu investasi PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) terhadap perusahaan digital Gojek.
“Itu salah satu bukti paling nyata sebenarnya, bahwa dari sisi perusahaan telekomunikasi besar milik BUMN itu juga tertarik untuk menjadi investor di perusahaan startup,” ujar Bhima dalam wawancara via telepon.
Baca juga: Efek Domino Telkomsel Investasi ke Gojek
Menurutnya, hal itu akan menjadi tren, terlebih banyak rencana IPO (Initial Public Offering) dari startup lokal yang tertunda lantaran pandemi COVID-19. Bhima memprediksi, tahun depan, banyak startup dalam negeri yang bakal mencari pendanaan untuk IPO.
“Karena diperkirakan di 2020, banyak rencana untuk funding atau fundraising dari IPO, misalnya, melantai di bursa saham itu banyak di-pending, karena pandemi. Jadi perkiraannya tahun 2021, rencana IPO yang tertunda, 2021 makin banyak perusahaan-perusahaan startup lokal yang mencari pendanaan,” ujarnya.
Tak cuma perusahaan asing yang tertarik menyuntikkan dana ke startup tanah air, tetapi juga perusahaan lokal. Ia menyatakan, “2021 dengan asumsi ada vaksin, kemudian pemulihan ekonomi sudah berlanjut positif, prediksinya, ya, akan banyak lagi perusahaan-perusahaan lokal mulai berani lagi untuk menyuntik dana, meskipun mereka akan lebih selektif.”
Dalam wawancara khusus dengan Uzone.id di kesempatan terpisah, Peneliti INDEF, Nailul Huda juga berharap ada startup selain e-commerce dan financial technology (fin-tech) yang juga mampu menunjang ekonomi digital Indonesia.
Baca juga: MDI Ventures Didapuk Jadi The Best Venture Capital
Huda dan Bhima juga memiliki pandangan sama soal beberapa perusahaan lokal yang kepincut untuk menanamkan modal ke startup. Perusahaan-perusahaan itu adalah yang bergerak di sektor telekomunikasi dan perbankan.
“Yang paling serius sekarang perbankan, bersiap mencaplok fintech. kalau perusahaan telekomunikasi ada juga, tapi skalanya tidak sebesar Telkom,” tutur Bhima.
Startup-startup yang kemungkinan disuntik dana oleh perusahaan telekomunikasi lokal, adalah startup di bidang dompet digital dan transportasi online. Sementara itu, untuk startup di sektor education technology (edu-tech) dan health technology (health-tech) dipandang bakal mendapatkan investasi dari asing, karena masih berisiko tinggi.
“Karena kalau edutech sama health-tech itu ada problem. Jadi potensi pasarnya besar, tapi monetisasinya masih kurang, karena orang misalkan ingin belajar online, setelah mendapat trial gratis, setelah itu tidak dilanjutkan untuk berbayarnya. Itu kalau di Indonesia,” ungkap Bhima.
Huda juga menyatakan hal senada, "Kalau edu-tech sangat tergantung dari penerapan belajar online. Dan memang heath-tech, dia kemungkinan akan menjadi salah satu yang menonjol di 2021. Ke depan pasti ada perusahaan asing yang berinvestasi ke health-tech."