Home
/
Technology

Lyft Rencanakan Ekspansi Global dan Revisi 'Aliansi Anti Uber'

Lyft Rencanakan Ekspansi Global dan Revisi 'Aliansi Anti Uber'

Eka Santhika17 January 2017
Bagikan :

Layanan transportasi on-demand asal Amerika Serikat Lyft kembali memberikan sinyal kuat bila pihaknya akan melakukan ekspansi global. Salah satu sumber CNBC yang mengklaim memiliki kedekatan dengan perusahaan juga mengiyakan rencana ini.

Sayangnya ketika dikonfirmasi CNBC, pihak Lyft enggan berkomentar lebih lanjut. Meski begitu, pada pertengahan tahun 2016 lalu, Presiden dan Co-founder Lyft John Zimmer juga pernah melontarkan rencana tersebut.

Rencana ekspansi ini tentu saja merupakan upaya menyaingi Uber yang telah tersedia di banyak negara. Di penghujung tahun 2015, Lyft menggandeng sejumlah layanan sejenis seperti Didi Chuxing di Cina, Ola di India, dan Grab untuk kawasan Asia Tenggara.

Kerja sama ini kemudian dikenal sebagai “aliansi anti Uber”. Namun sejak 13 Januari 2017 kemarin, Lyft mengumumkan perubahan bentuk kerja sama tersebut.

Akhir “aliansi anti Uber”?

lyft-grab
Preview

Sedikit informasi, dengan adanya kerja sama antara Lyft, Grab, Ola, dan Didi Chuxing, masing-masing pengguna layanan tersebut bisa memesan layanan lain tanpa perlu mengunduh aplikasinya. Sebagai contoh, pengguna Grab bisa langsung memesan kendaraan yang ada di Lyft saat berkunjung ke Amerika Serikat, begitu pula sebaliknya.

Namun setelah Lyft mengumumkan perubahan bentuk kerja sama mereka, pengguna Lyft tidak bisa langsung memesan Grab, Ola, dan Didi dari aplikasinya ketika bepergian ke Asia Tenggara, India, atau Cina, dan juga sebaliknya. Sebagai gantinya, pengguna Lyft akan diarahkan untuk mengunduh aplikasi Grab, Ola, dan Didi, sementara pengguna tiga aplikasi tersebut akan mendapat instruksi untuk mengunduh Lyft.

Belum diketahui jelas mengapa Lyft mengubah bentuk kerja sama ini. “Kita ingin meningkatkan layanan pada pengguna saat bepergian ke luar negeri.” tutur pihak Lyft.

Membidik pasar mana?

Pembaruan bentuk kerja sama “aliansi anti Uber” ini tentu akan berpotensi menuai pro dan kontra dari penggunanya. Satu hal yang pasti, pengguna  smartphone dengan kapasitas memori terbatas harus memberikan ruang ekstra bila kebijakan ini telah diberlakukan.

“Kita ingin memberikan layanan terbaik yang berbuah kepuasan pelanggan di pasar lokal,” tutur juru bicara Lyft. Namun bisa saja, apa yang dilakukan Lyft merupakan bagian dari strategi pemasaran untuk menembus ranah global. Orang-orang dari Cina, India, dan negara Asia Tenggara lainnya termasuk Indonesia yang berkunjung ke Amerika berpotensi untuk mengunduh Lyft dan sedikit banyak akan mempermudah rencana ekspansinya.

The post Lyft Rencanakan Ekspansi Global dan Revisi “Aliansi Anti Uber” appeared first on Tech in Asia Indonesia.

populerRelated Article