Home
/
News

Langkanya Guru Agama Konghucu untuk Siswa Sekolah di Indonesia

Langkanya Guru Agama Konghucu untuk Siswa Sekolah di Indonesia
Reza Gunadha05 February 2019
Bagikan :

Umat Konghucu masih kekurangan guru agama, sehingga siswa sekolah penganut keyakinan tersebut belum kunjung mendapatkan pendidik yang sama dengan agamanya.

"Sarjana agama Konghucu yang harus mengajar agama Konghucu untuk siswa-siswi sekolah belum ada," kata Kepala Pusat Pembinaan dan Pendidikan (Pusbindik) Konghucu Kementerian Agama M Mudhofir saat dihubungi Antara, Selasa (5/2/2019).

Dia menambahkan, setiap murid harus mendapatkan guru agama yang seagama sesuai Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 55 Tahun 2007.

Regulasi tersebut, lanjutnya, mengatur tentang pendidikan agama dan pendidikan keagamaan. Dalam PP itu mengamanatkan agar pendidikan agama dan keagamaan siswa diajar oleh guru yang seagama.

Hanya, tambahnya, kondisi obyektif saat ini guru Konghucu sangat langka dan harus dicari solusi atas hal itu.

Beberapa waktu belakangan, dia mengatakan Kemenag telah menjalin kerja sama dengan UIN Syarif Hidayatullah untuk mendidik sejumlah calon guru agama dan keagamaan Konghucu, termasuk untuk tingkat Strata 2 atau magister.

"Sekolah tinggi Konghucu belum ada. Kuncinya harus ada sekolah tinggi. Maka tahun 2018 sampai tahun ini kami programkan prioritas di Konghucu untuk mendirikan sekolah tinggi," jelas dia.

Mudhofir mengatakan, guna mencetak para guru agama Konghucu, harus ada lembaga pendidikan setingkat sekolah tinggi tempat mendidik calon sarjana.

Salah satu unsur penting sekolah tinggi adalah, para pengajar setingkat magister yang mendidik para calon sarjana pendidikan agama Konghucu.

"Mereka kami beri beasiswa S2 di UIN, sehingga nantinya dari mereka bisa menjadi bagian pengajar di program pendidikan agama dan prodi agama Konghucu di Sekolah Tinggi Agama Konghucu Indonesia Negeri yang sedang dirintis.”

Dia mengatakan, saat ini terdapat 16 orang magister pendidikan agama dan agama Konghucu yang siap untuk mengisi jajaran sekolah tinggi.

Kendati demikian, masih terdapat kendala yaitu dari penjajakan peminat prodi agama dan pendidikan agama Konghucu masih sedikit.

"Peminat yang mau juga susah. Kami ada peluang tapi tidak ada yang daftar, sepi peminat. Kebanyakan mereka bukan ambil prodi agama dan pendidikan agama Konghucu tapi ambil jurusan lain. Ini harus ada upaya lebih, dengan kesabaran dan ketelatenan," jelasnya.

 

Berita Terkait:

populerRelated Article