Keamanan Twitter Merosot, Elon Musk Jadi Biang Kerok?
Ilustrasi foto: Benjamin Dada/Unsplash
Uzone.id - Twitter kembali dikritik karena dianggap tak lagi aman setelah Elon Musk jadi bos media sosial tersebut.
Kritik ini disampaikan langsung oleh mantan kepala kepercayaan dan keamanan Twitter, Yoel Roth pada Selasa kemarin, (29/11).Dalam pernyataan yang dikutip dari Reuters, Yoel mengatakan kalau perusahaan media sosial ini tidak lebih aman di bawah pemilik barunya, yaitu Musk.
Yoel sedikit menyinggung kondisi perusahaan yang tak lagi memiliki staf yang cukup untuk pekerjaan yang safe.
Baca juga: Kalau Twitter Ditendang Apple-Google, Elon Musk Nekat Bikin Ponsel Sendiri
Pernyataan ini berbanding terbalik dengan cuitannya beberapa waktu lalu, tepat ketika Musk resmi mengambil alih Twitter. Dalam tweet-nya, Yoel kurang lebih mengatakan dirinya yakin kalau keamanan Twitter akan meningkat di tangan Elon Musk.
Lalu, dalam sebuah konferensi Knight Foundation, Yoel menyesali ucapannya tersebut.
Ia langsung menjawab ‘Tidak’ saat ditanya apakah pernyataan tersebut masih berlaku atau tidak sampai sekarang.
“Saya tak yakin Twitter akan lebih aman di tangan Elon Musk,” ungkapnya.
Hal ini bukan tanpa alasan, Yoel mengatakan kalau sebelum Musk mengambil alih, sebanyak 2.200 karyawan Twitter di seluruh dunia mengurus moderasi konten di Twitter.
Namun sekarang, ia tak tahu berapa banyak karyawan yang masih bertugas dalam divisi tersebut karena direktori perusahaan sudah dimatikan.
Baca juga: Baca juga: Mastodon Jadi Tempat 'Hijrah' Pengguna Twitter, Keamanannya Diragukan?
Ia juga mengatakan kalau Twitter dibawah Elon Musk mulai menyimpang dari kepatuhannya akan kebijakan tertulis, yang tersedia untuk publik. Keputusan konten ini justru dibuat secara sepihak oleh Musk.
Dan hal tersebutlah yang membuatnya resign dari Twitter.
“Salah satu limit saya adalah apabila Twitter mulai diatur oleh dekrit diktator alih-alih oleh kebijakan. Peran saya sudah tak ada gunanya,” kata Yoel.
Yoel Roth sendiri merupakan salah satu veteran yang cukup penting di Twitter, ia juga jadi salah satu pencetus keputusan pemblokiran permanen Donald Trump. Ia juga termasuk karyawan yang mengatur moderasi konten dalam platform.