Investasi Mobil Listrik: China Pilih RI, Jepang Malah ke Thailand
Foto: BYD
Uzone.id - Ambisi Indonesia menjadi raja mobil listrik dunia sepertinya masih kurang ditanggapi pabrikan raksasa asal Jepang seperti Toyota atau Honda. Keduanya malah lebih memilih Thailand untuk mengucurkan dana pengembangan industri mobil listrik.
Sebaliknya, sejumlah pabrikan China terlihat makin mantap menancapkan kukunya untuk memperkuat industri mobil listrik di Indonesia.Wuling, Chery, NETA, Great Wall, bahkan yang terbaru BYD siap menggelontorkan pundi-pundi uangnya untuk membesarkan industri mobil listrik nasional.
Realisasi investasi dari China untuk sektor otomotif Indonesia sepanjang Januari-September 2023 melesat 120,7 persen berdasarkan data Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Nilai investasi dari China itu mencapai USD3,4 juta atau setara Rp54,3 miliar (kurs jisdor Rp15.946) sepanjang Januari-September 2023. Pada periode yang sama tahun lalu, realisasinya hanya sebesar USD1,54 juta.
Sementara pabrikan Jepang, meskipun secara nilai investasi masih tetap besar di Indonesia, namun masih berkutat pada segmen mobil bermesin bakar konvensional dan belum secara tegas dan terbuka mengarah ke elektrifikasi kendaraan.
Bahkan beredar kabar bahwa Mitsubishi, Toyota, Honda, dan Isuzu lebih tertarik berinvestasi di Thailand untuk mengembangkan mobil listrik, seperti disampaikan juru bicara pemerintah Thailand, Chai Wacharoke.
“Produsen mobil besar Jepang akan berinvestasi 150 miliar baht (setara Rp67 triliun) di Thailand selama 5 tahun ke depan,” ujar Chai dikutip Reuters.
Toyota Motor Corporation, dan Honda Motor Co.,Ltd akan menggelontorkan dana segar masing-masing 50 miliar baht atau setara Rp22 triliun, sedangkan Isuzu 30 miliar baht atau Rp13 triliun, dan Mitsubishi Motors 20 miliar baht setara Rp8 triliun.
Salah satu alasan pabrikan raksasa asal Jepang itu tertarik dengan Thailand karena menjadi negara kedua setelah Indonesia yang memiliki perekonomian terbesar di Asia Tenggara, dan angka ekspornya menjanjikan.
Kenapa para raksasa otomotif Jepang tersebut masih enggan berinvestasi untuk mobil listrik di Tanah Air? Padahal nama besar seperti Toyota juga Honda sudah teruji dan terbukti menjadi penguasa pasar domestik yang dominan.
Sejauh ini, tercatat baru baru Mitsubishi yang melakukan investasi untuk produksi L100 EV di Indonesia, sedangkan Toyota masih sekadar merakit mobil hybrid, dan Honda bahkan belum sama sekali.
Kalau kondisinya terus dibiarkan seperti ini, sebenarnya konsumen Indonesia tidak rugi-rugi amat dan pemerintah pun tetap menikmati investasi di sektor otomotif, meskipun untuk segmen non mobil listrik.
Justru potensi dan peluang pabrikan China untuk berkuasa dan dominan di industri otomotif nasional jadi semakin terbuka lebar dan memberikan waktu mereka untuk semakin menguatkan fondasinya di segmen mobil listrik.
Maka ke depannya, ketika tren mobil listrik sudah semakin massif dan masa transisi dari era kendaraan bermesin bakar ke elektrifikasi di Indonesia sudah selesai, bisa dipastikan penguasa otomotif di Indonesia akan berubah poros—bukan lagi Jepang, tapi China.