Ini yang Terjadi saat Kamu Patah Hati
Hampir semua orang pernah mengalami penolakan pahit dan patah hati yang menyakitkan. Bahkan dalam beberapa kasus, patah hati bisa menjadi mimpi buruk yang dapat berdampak sangat fatal, bahkan hingga depresi dan bunuh diri. Sebenarnya patah hati ini virus apa sih? Apakah dapat dijelaskan secara ilmiah? Dalam artikel ini Boykepedia akan menjelaskan dengan lebih terperinci apa sih yang terjadi dalam tubuh saat kita patah hati.
1. Dapat Dijelaskan secara IlmiahGejala jatuh cinta dan patah hati sebenarnya bukan hanya soal perasaan lho, Boykepers! Apa pun perasaan yang kita rasakan sebenarnya dipengaruhi oleh metabolisme tubuh dan diatur oleh hormon. Hormon diproduksi berdasarkan perintah dari otak saat kita menerima rangsangan. Nah, saat kita menerima rangsangan, seperti misalnya diberi cokelat oleh orang yang disukai, atau sebaliknya mendapat penolakan, otak akan memutuskan hormon apa yang akan diproduksi nanti.
Menurut penelitian Naomi Eisenberger, PhD. dari University of California , ketika kita merasa patah hati atau mengalami penolakan, otak akan mengirim sinyal kepada tubuh bahwa apa yang sedang kita rasakan adalah sakit. Maka tak heran jika ada istilah sakit hati. Gejala umum yang dialami ketika seseorang patah hati adalah dada sesak, perut tidak nyaman, lemas, dan terkadang kepala pusing. Tubuh seakan lemah dan ingin beristirahat dalam jangka waktu yang lama.
2. Pengaruh Hormon
Selain sinyal rasa sakit tersebut, otak juga memerintahkan produksi hormon-hormon tertentu seperti hormon cortisol yang bertanggung jawab memunculkan stress. Biasanya hormon ini diproduksi saat tubuh merasa terancam, tertekan, dan butuh melakukan perlawanan. Contohnya, saat sedang terddesak, kita dapat menghindari bahaya dengan cepat, sedangkan saat mengalami penolakan biasanya bereaksi pada dada yang terasa nyeri. Bahkan dalam jangka waktu tertentu, produksi cortisol dapat menurunkan sistem imun tubuh. Hal inilah yang menyebabkan seseorang benar-benar jatuh sakit selepas patah hati.
Jika dibiarkan berlarut-larut, patah hati akan memicu gagguan psikologis lanjutan seperti frustrasi dan depresi. Selain itu, kondisi tubuh pun juga akan semakin menurun karena penderita patah hati biasanya tidak nafsu makan dan malas melakukan aktivitas di luar ruangan.
3. Laki-Laki Mengidap Patah Hati Lebih Berat
Selama ini kita melihat perempuan menggebu-gebu mengungkapkan kesedihannya selepas putus dari kekasih padahal dari pihak laki kelihatannya santai-santai saja. Padahal sebenarnya pasca putus cinta atau patah hati, laki-laki mengalami lebih berat tekanan psikologis daripada perempuan. Hal ini dikarenakan tingginya ego dalam diri laki-laki. Jika perempuan lebih mudah mengungkapkan dan meluapkan perasaannya kepada orang terdekat, laki-laki lebih suka menyimpannya seorang diri. Hal inilah yang menyebabkan beban psikologis yang ditanggung lebih berat. Jangan heran jika laki-laki terkadang lebih sulit move on dari mantan dari pada perempuan.
Patah hati bukanlah akhir dari segalanya. Dunia di sekelilingmu masih terus berputar dan hidupmu harus tetap berjalan, Boykepers. Luapkan emosimu dengan cara-cara yang positif. Tak mengapa sehari dua hari merasa sedih, namun di hari berikutnya, kamu harus bangkit! Gantilah produksi hormon cortisol atau hormon stress menjadi produksi hormon endorphin dan serotonin atau hormon kebahagiaan. Olahraga merupakan salah satu aktivitas yang dapat memicul produksi hormon kebahagiaan.
So, setelah patah hati, jangan malas makan. Penuhi kebutuhan nutrisimu dengan makanan yang bergizi. Selain itu, olahragalahs ecara rutin untuk membuat tubuh makin bugar. Jika tubuhmu fit, kamu akan siap untuk menyambut cinta yang baru!