Home
/
Automotive

Ini Senjata Daihatsu Hadapi Mobil Merek China

Ini Senjata Daihatsu Hadapi Mobil Merek China

-

Tomy Tresnady11 January 2020
Bagikan :

Uzone.id - Produsen mobil asal China, Wuling memang cukup berbahaya ketika mengeluarkan jurus-jurus kungfunya saat berbisnis di Indonesia.

Ketika resmi beroperasinya pabrik Wuling Motors pada 11 Juli 2017, Wuling langsung masuk ke pasar MPV dengan varian Confero S, yang memang segmen paling disukai konsumen Indonesia.

Bayangkan saja, Confero S mesin 1.5L dijual paling murah Rp 130 juta. Dengan harga segitu, Confero S malah bersaing dengan mobil LCGC buatan Jepang, macam Honda Brio Satya, Suzuki WagonR, Daihatsu Ayla dan Toyota Agya.

Penjualan Wuling makin melesat di 2019. Data penjualan dari Januari-November, Wuling berhasil melego 17.731 unit di Indonesia, sedangkan 2.099 unit diekspor.

Baca juga: Penampakan SUV Toyota Yaris yang Bisa Bersaing dengan Honda HRV

Nah, bagaimana PT Astra Daihatsu Astra (ADM) sebagai produsen merek Xenia, Sigra hingga Sirion ini bisa mempertahankan posisinya sebagai merek paling laris nomor 2 di 2019 (klaim Daihatsu). Posisi tersebut dipegang Daihatsu selama 11 tahun berturut-turut.

"Saya percaya industri otomotif itu bukan hanya padat karya karya kalau di Indonesia, tetapi juga padat modal. Pemainnya kalau ibarat pelari, itu bukan sprint, marathon, kalau punya duit aja tapi gak kuat staminanya pasti gagal karena beli mobil di Indonesia bisa lebih dari 10 tahun," tutur Amelia Tjandra, Direktur Marketing ADM, saat ditemui di markas ADM di Jalan Gaya Motor III, Sunter, Jakarta Utara, baru-baru ini.

Kemudian, hal lain yang bikin Daihatsu masih santai menghadapi agresifnya mobil-mobil merek China adalah orang Indonesia biasanya memikirkan harga mobil saat dijual kembali.

Selain itu, orang Indonesia mayoritas memikirkan suku cadang mobil yang murah-meriah dan tersedia di mana-mana.

"Kalau tidak siap seperti itu, belum tentu mobilnya laku walaupun bagus," tutur Amelia.

Baca juga: Toyota Yaris 2020 Dijual Gak Sampai Rp 180 Juta

Jadi, lanjut dia, sama seperti juga merek China butuh waktu untuk benar-benar bisa mendapat kepercayaan dari masyarakat Indonesia akan produk-produknya.

Bandingkan dengan Daihatsu yang sudah membuat pondasi sejak tahun 1970-an. Sampai sekarang Daihatsu sudah punya diler di 33 provinsi di seluruh Indonesia. Cuma Maluku Utara yang belum ada diler Daihatsu.

Bisnis jualan mobil butuh waktu lama. Ibarat membuat startup yang butuh modal untuk 'bakar uang', rugi di awal dan belum tentu laku.

"Kalau duitnya gak sanggup pasti udah pada tutup, dua sudah tutup, banyak kan gak cuma dua, dua (merek) Amerika (Ford dan Chevrolet), Korea (Daewoo), Jepang juga sudah sudah ada yang tutup sebenernya tapi tidak ketahuan aja merek-merek kecil. Jadi berbisnis di otomotif butuh napas panjang, duit gede, resources yang tangguh," kata dia.

VIDEO Test Drive Kia Rio

populerRelated Article