Ikut ‘Serang’ Tentara Israel di Medsos? Ini yang Harus Diperhatikan
Ilustrasi foto: Kaitlyn Baker/Unsplash
Uzone.id – Warga Indonesia dan Malaysia turut aktif memerangi Israel melalui media sosial. Strategi yang dilakukan adalah dengan membentuk ‘Netizen Force’ untuk menyerang akun-akun tentara dan influencer Israel yang aktif di media sosial.
Diketuai oleh Erlangga Greschinov (@greschinov), warganet Indonesia dan Malaysia bersatu memberi sanksi sosial berupa serangan lewat komentar, pesan DM, panggilan dan pesan WhatsApp/Telegram ke tentara IDF.Dalam selebaran teknis operasi yang ditulis oleh Erlangga, tujuan dari Netizen Force ini adalah untuk memerangi propaganda Zionis dan memperkuat narasi Pro-Palestina di media sosial seperti X (Twitter), Instagram, TikTok, Facebook dan platform lainnya.
Melihat aktifnya warganet Indonesia dalam penyerangan digital ini, Ismail Fahmi selaku pengamat media sosial sekaligus Founder Drone Emprit melihat hal ini sebagai sesuatu yang memiliki sisi positif.
Ismail menjelaskan kalau penyerangan ini dilakukan oleh kedua belah pihak, dimana Israel juga melakukan ‘penyerangan’ melalui propaganda oleh akun-akun besar dan terpusat.
“Pada dasarnya dari data yang saya analisis, Israel sendiri juga sudah cukup lama melakukan serangan secara lebih terkoordinasi terkait dengan isu Palestina ini. Mereka juga mencoba memenangkan pertempuran di dunia digital,” ujarnya ketika berbincang dengan Uzone.id pada Sabtu (25/11).
Serangan di dunia digital Israel dilakukan secara terpusat melalui akun-akun resmi seperti @israel, @IDF dan lainnya. Akun-akun ini aktif menyebarkan propaganda lalu disebar kembali oleh akun-akun ‘turunan’ yang ada di tiap negara, termasuk Indonesia.
Oleh karena itu, tindakan penyerangan oleh pihak Indonesia dan Malaysia ini merupakan sebuah ‘perlawanan’ dari serangan yang dilakukan Israel. Serangan tersebut bisa berupa trolling (perisakan, hujatan, retasan dan report massal).
Walaupun trolling tersebut ‘diperbolehkan’ dalam kondisi saat ini, tetap ada hal-hal yang perlu dipahami ketika menyerang akun-akun tersebut.
Ismail menyebut kalau netizen harus memahami batasan ketika melakukan penyerangan, supaya tidak menjadi boomerang nantinya.
“Kadang umat di Indonesia tidak bisa membedakan mana Yahudi dan Zionis. Yang sedang mereka lawan adalah Zionis. Batasannya, jangan menyerang dari sisi agama Yahudi karena mereka juga banyak diserang oleh Israel,” ujar Ismail.
Selain Ismail, Erlangga selaku ‘panglima’ gerakan Netizen Force ini juga sempat memberikan poin-poin mengenai strategi perang melawan tentara Israel di media sosial, yaitu tidak membawa narasi anti-semit seperti Holocaust, Nazi dan semacamnya.
Setelah lebih dari satu pekan dimulai, dampak dari gerakan ini sudah mulai terlihat. Setidaknya akun-akun anggota militer IDF banyak yang ‘ciut’ dan menonaktifkan akun mereka setelah diserbu warganet, bahkan ada beberapa akun yang berhasil diretas. Selain itu, beberapa nomor anggota militer Israel yang tersebar juga ikut diserang oleh warganet Indonesia dan Malaysia.
Gerakan Netizen Force ini pertama kali dicetuskan oleh akun @greschinov sebagai bentuk 'bantuan' secara jauh terhadap warga sipil Palestina yang terus diserang oleh tentara Israel. Selain melakukan serangan ke akun-akun IDF (Israel Defence Force), gerakan ini juga mengajak untuk berdonasi dan terus menyuarakan hak masyarakat Palestina untuk meraih kemerdekaan.