Frekuensi 700 MHz Siap Dilelang, Beneran Optimal buat 5G?
Ilustrasi foto: Digi International/Unsplash
Uzone.id — Frekuensi 700 MHz yang selama ini digunakan untuk siaran TV analog sebentar lagi akan kosong seiring rampungnya program Analog Switch Off (ASO) dari pemerintah. ‘Frekuensi emas’ ini rencananya akan segera dilelang, namun apakah betul-betul optimal untuk perluasan 5G?
Hal unik jika membahas soal 5G adalah tidak akan jauh-jauh dari persoalan spektrum. Ya, spektrum selalu disebut oleh berbagai perusahaan operator di Indonesia sebagai tantangan utama dalam komersialisasi 5G.Spektrum yang dimiliki sejumlah operator untuk menggelar 5G masih sedikit, sehingga sampai sekarang jaringan 5G yang tersedia belum maksimal — alias “5G rasa 4G”. Untuk itu, perusahaan operator seperti Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) mengandalkan kesempatan lelang frekuensi dari pemerintah.
Nah, frekuensi 700 MHz yang selama digembar-gemborkan dapat memperluas spektrum untuk 5G sudah ada ‘di depan mata’ untuk dilelang dalam waktu tak lama lagi. Bagaimana pandangan IOH?
“Kami sampai sekarang masih menunggu spektrum. Mau gelar 5G secara optimal tapi spektrumnya tidak ada, gimana? Bisa saja, tapi deliver 5G tidak optimal nanti, cuma rasa 4G saja,” kata Director & Chief Business Officer IOH, Muhammad Buldansyah saat sharing session bersama sejumlah awak media di Kantor Pusat Indosat, Jakarta, Jumat (25/8).
Ia melanjutkan, “kalau kita mencoba pakai 700 MHz, nanti band-nya itu hanya tersedia sekitar 90 MHz, sebenarnya untuk 5G tidak cukup. Terus nanti kita hanya bisa dapat hasil lelang 20 MHz, buat apa?”
Nyatanya, pria yang akrab disapa Danny ini meyakini kalau frekuensi 700 MHz belum optimal untuk 5G karena ukuran spektrum yang terlalu rendah — sedangkan setidaknya jaringan 5G membutuhkan ukuran pita 50-100 MHz agar dapat menampung trafik besar dengan latensi rendah.
Namun, bukan berarti Indosat tidak tertarik mengambil ‘kue’ dari frekuensi 700 MHz.
“Kami tertarik, tapi bukan buat 5G jadinya. Jadi kalau ada yang bilang 700 MHz bisa buat 5G, menurut saya belum,” sambungnya.
Lebih lanjut, Danny justru mengaku mengincar frekuensi yang jauh lebih tinggi dan besar, yakni 2,6 GHz dan 3,5 GHz.
Sampai sekarang, frekuensi 2,6 GHz dan 3,5 GHz masih dipakai untuk siaran TV broadcast dan layanan satelit. Meski belum tahu kapan dua frekuensi ini bakal kosong, Danny mengaku di 2,6 GHz dan 3,5 GHz lah sebagai spektrum ideal bagi 5G.
“Ya paling kita tunggu di 3,5 GHz dan 2,6 GHz. Nantinya dari 2,6 GHz kemungkinan potensi yang dapat kita peroleh sekitar 50 MHz. Ukuran ini masih bisa lah. Kalau yang 3,5 GHz belum tahu,” ungkapnya.
Ia meneruskan, “dari ekosistem juga harusnya lebih matang di dua frekuensi ini, kalau 700 MHz belum kuat untuk 5G.”
Sekadar diketahui, pihak Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengatakan bahwa frekuensi 700 MHz sedang dalam kajian terakhir untuk penyelesaian ASO.
Lelang frekuensi 700 MHz ini pun akan segera dilaksanakan ketika proses pemadaman siaran TV analog sudah sepenuhnya selesai, di mana nantinya akan menghasilkan digital dividen 112 MHz dan rencananya 90 MHz dialokasikan untuk kebutuhan telekomunikasi.