Home
/
Automotive

Defensive Driving, Berdamai dengan Macet

Defensive Driving, Berdamai dengan Macet

Eka L. Prasetya05 December 2017
Bagikan :

Uzone.id—Hampir setiap hari kita mengalami kemacetan lalu lintas. Macet biasa terjadi pada saat berangkat kerja di pagi hari dan jam-jam pulang kantor di sore hari. Hampir seluruh jalan raya menuju pusat bisnis, perkantoran, bahkan hingga kawasan pinggiran mengalami kemacetan, terutama di kota-kota besar metropolitan.

Di hari libur sekalipun, jalan-jalan tetap saja macet. Kini, jalanan benar-benar padat oleh kendaraan.

Saking padatnya, seringkali kita melihat ada pengendara yang mengambil hak pejalan kaki dengan menyusuri trotoar. Belum lama ini di media sosial sempat viral, pengendara motor yang bertengkar dengan aktivis yang memperjuangkan hak pejalan kaki di trotoar.

Kasus lain, banyak pemotor yang nekat melewati Jalan Layang Non Tol, padahal jalan tersebut khusus untuk mobil. Gara-gara macet melanggar peraturan. Ini belum termasuk, yang menerobos jalur busway.

Macet dapat memicu stress dan emosi labil. Lelah secara fisik dan psikis membuat pengendara mudah emosional, lupa toleransi, apalagi mematuhi peraturan lalu-lintas. Kecelakaan pun rentan terjadi.

Oleh karena itu, kita perlu memiliki bekal yang cukup untuk menghadapi situasi dan kondisi ini. Tentunya kita tidak ingin celaka apalagi mencelakakan orang lain. Semua ingin nyaman dan aman dalam berkendara. Dengan ikhtiar ini, kita ingin selamat sampai di tujuan.

Apa saja perbekalannya? Ternyata bekal paling utama adalah mind set atau pola pikir, disamping kita harus menguasai handling kendaraan dan memiliki SIM. Justru mind set inilah yang paling menentukan aksi dalam berkendara.

Saat berkendara, sebenarnya akal dan pikiran telah men-set up destinasi. Kita tahu tujuan hendak ke mana, selebihnya barangkali adalah feeling; lurus, belok kanan, belok kiri, nyalakan lampu, nyalakan sein, oper gigi, mengerem, mengatur gas, tanjakan turunan, jalan lurus, jalan rusak, jalan mulus, gujlakan, manuver, lihat rambu, konsentrasi.

Cukup? Ternyata masih belum lengkap.

Menurut Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu, pola pikir setiap pengendara harus di-setting dengan sejumlah bekal penting, yakni mentalitas, teknik atau skills berkendara, dan time management.

Mind set ini akan menghasilkan karakter pengendara yang selalu waspada, berempati, memahami situasi dan kondisi, melaksanakan peraturan, dan sabar. Pengendara yang memiliki mind set tersebut akan berlaku defensive dalam driving, baik mengendarai mobil atau motor,” kata Jusri kepada Uzone.id

Mentalitas berkaitan dengan budi pekerti yang baik. Kendati lelah karena macet, pengendara memiliki tingkat kesabaran yang tinggi. Sedangkan, skills berkendara adalah kemampuan menangani dan menguasai kendaraan, semakin sering berkendara akan banyak pengalaman.

Jangan lupa memperhatikan rambu-rambu dan selalu mematuhi peraturan lalu lintas. Sementara, time management adalah bekal  yang paling sering lupa dibawa. Ketinggalan di rumah. Padahal, seluruh bekal yang disebutkan tadi harus dibungkus oleh time management.

Di zaman yang serba cepat, kita menjadi makhluk yang sering terburu-buru tapi sayangnya tanpa perhitungan. Kita semestinya memperhitungkan dengan cermat, merencanakan durasi berangkat hingga sampai di tujuan.

“Harus ada interval waktu yang cukup di perjalanan, sehingga kita tidak berlaku terburu-buru,” kata Jusri yang biasa memberikan pelatihan Defensive Driving bagi korporasi di dalam dan luar negeri. Bila terjadi peristiwa atau kejadian yang tidak kita inginkan di jalanan, seperti macet, kita tidak mudah emosional. Setidaknya kita dapat menikmati perjalanan daripada mereka yang terburu-buru.

Dengan defensive driving kita tidak mudah terprovokasi. Kita akan memiliki kesabaran tingkat tinggi selama perjalanan di jalan raya, bahkan menghadapi situasi dan kondisi macet tragis sekalipun.

populerRelated Article