Dari Katedral ke Istiqlal, Hangatnya Toleransi saat Idulfitri
"Bisa parkir di sini, pak. Motor sebelah kanan. Masuk saja lewat pintu depan, nanti bapak bisa tinggal jalan kaki dari gereja ke Istiqlal."
Arahan tersebut datang dari Rusli, seorang petugas keamanan di Katedral, gereja Katolik yang berseberangan langsung dengan Masjid Istiqlal.
Seperti Hari Minggu pada umumnya, Gereja Katedral tampak ramai, tempat parkirnya dipenuhi kendaraan, baik itu roda empat mau pun roda dua. Kendaraan tersebut bahkan meluap hingga hampir masuk ke pintu depan gereja.
Namun bedanya, kendaraan tersebut bukan milik jemaat yang akan menjalankan ibadah misa pagi di gereja, melainkan umat Muslim yang hendak mengikuti salat Id di Masjid Istiqlal.
"Kita persilakan umat Muslim untuk parkir di sini (Katedral)," kata Rusli kepada CNNIndonesia.com di Jakarta, Minggu (25/6).
Preview |
"Jadwal misa kita undur, yang biasanya jam 6 pagi, jadi jam 10 dan jam 12 siang. Kalau untuk misa sore, jadwal tetap sama," kata Rusli.
Dia menyebut, Katedral memang untuk berpegang teguh pada sikap toleransi antar-umat beragama. Ditambah lagi, jemaah Istiqlal dan Katedral sebagai tetangga dalam satu kompleks, harus bisa saling melengkapi.
"Kita punya ruang lebih untuk parkir, kita persilakan gunakan. Jadwal misa kita bisa undur, ini yang namanya toleransi pada saudara berbeda iman," kata Rusli.
Untuk pemberitahuan terkait diundurnya jadwal misa kepada jemaat katolik, menurut Rusli, telah dilakukan sejak satu minggu lalu. Dengan demikian, para umat katolik yang biasa melaksanakan ibadah di pagi hari pun tidak akan merasa terganggu.
Hal ini pun dibenarkan oleh Kepala Paroki Gereja Katedral Jakarta, Romo Hani Rudi Hartoko yang menyebut, sebagai sesama umat beragama, dia dan jemaat Katolik lainnya harus mengharagai umat Muslim yang hanya mendapat satu waktu serentak untuk melaksanakan salat Id.
Justru, kata Romo, akan sangat tidak adil jika dia dan jemaat lainnya memaksa tetap menggelar misa pagi saat umat muslim melaksanakan salat Id.
"Misa ada beberapa kali, beberapa hari minggu, bisa menyesuaikan. Salat Id tidak, hanya ada satu tahun sekali, tentu kita harus memahami dan juga menghargai," kata Romo Hani.
Menutup pernyataannya, Romo Hani berkata, "Bertetangga yang baik dan tulus. Kita juga bergembira umat Muslim merayakan kemenangan, seperti kita merayakan Natal saat Almasih terlahir ke bumi."