Cuma Butuh 1% PC Windows Buat Bikin Bandara hingga RS Sedunia Tumbang
Uzone.id — Gangguan Blue Screen of Death (BSOD) pada sistem CrowdStrike di PC Windows dinobatkan menjadi salah satu gangguan IT terbesar sepanjang sejarah karena berhasil menyebabkan berbagai layanan vital publik di berbagai dunia seperti bandara, rumah sakit, bank, media, hingga layanan transportasi umum lumpuh pada Jumat, (19/07).
Dari sekian banyak kekacauan yang terjadi hampir di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, Microsoft memperkirakan bahwa pembaruan CrowdStrike ini hanya mempengaruhi kurang dari 1 persen dari semua mesin Windows yang saat ini.“Saat ini, kami memperkirakan bahwa pembaruan CrowdStrike memengaruhi 8,5 juta perangkat Windows, atau kurang dari satu persen dari semua mesin Windows,” kata David Weston, Vice President, Enterprise and OS Security dalam keterangannya.
Meskipun persentasenya kecil, Weston menjelaskan bahwa jumlah tersebut memberikan dampak yang luas pada sektor ekonomi dan sosial. Hal ini mencerminkan penggunaan CrowdStrike oleh perusahaan yang menjalankan banyak layanan penting.
Hingga saat ini, setidaknya ada hampir dari 1 miliar pengguna aktif Windows di seluruh dunia. Melansir dari situs Bytegain, terdapat 1,6 miliar perangkat di dunia yang menggunakan Windows baik itu versi baru atau versi lama. Sekitar 1,4 miliar diketahui telah update ke Windows 10 dan 11, sementara ada 200 juta perangkat yang masih menjalankan Windows 7 dan versi lebih jadul lagi.
Walau jumlahnya tak mencapai 1 persen dari perangkat Windows secara global, tapi gangguan IT ini tercatat menjadi salah satu gangguan yang paling berdampak besar di seluruh layanan publik.
Layanan transportasi umum diberhentikan, ribuan penerbangan dibatalkan dan delay, pekerjaan tertunda, bisnis juga terdampak, layanan bank, pendidikan hingga tayangan TV juga ikut terganggu di berbagai negara secara hampir bersamaan.
Di Singapura misalnya, Changi Airport yang merupakan salah satu bandara paling sibuk mengalami gangguan karena perangkat mengalami Blue Screen. Dalam postingan resminya, Changi Airport mengatakan kalau proses check-in dilakukan secara manual.
“Karena adanya gangguan yang berdampak pada sistem IT di berbagai pihak, proses check-in untuk beberapa penerbangan di Changi Airport dilakukan secara manual,” tulis pihak bandara dikutip dari Channel News Asia, Senin, (22/07).
Beberapa penerbangan seperti Scoot, AirAsia, Jetstar, dan Cebu Pacific jadi beberapa maskapai penerbangan yang terdampak. Tak hanya itu, di Amerika Serikat, pusat pengobatan dan rumah sakit mengalami gangguan serupa. Tercatat ada 15.000 server yang terdampak, dan menyebabkan jadwal operasi di 50 rumah sakit lokal tertunda. Pengobatan lain seperti tes MRI, CT Scan dan tes lab juga ikut terdampak.
Tak hanya itu, perangkat Windows di bank, media TV, stasiun kereta dan perusahaan-perusahaan bisnis di seluruh dunia juga tak lepas dari dampak ini sehingga menyebabkan kerusuhan dalam proses pekerjaan mereka selama berjam-jam bahkan hampir satu hari.
Microsoft dan CrowdStrike pun dengan cepat melakukan perbaikan pada sistem operasi yang mengalami gangguan. Dalam keterangan yang dibagikan oleh Microsoft, perusahaan keamanan siber independen, CrowdStrike, merilis pembaruan perangkat lunak yang kemudian mulai mempengaruhi sistem TI secara global.
“Kami menyadari masalah ini telah menyebabkan gangguan bagi bisnis dan rutinitas harian banyak orang. Fokus kami adalah menyediakan panduan dan dukungan teknis bagi pelanggan untuk mengembalikan sistem yang terganggu secara aman,” tambah Weston.
Microsoft sejauh ini telah melakukan beberapa upaya termasuk mendukung langkah Crowdstrike untuk segera mencari solusi perbaikan, menerjunkan ratusan teknisi dan pakar Microsoft untuk bekerja langsung dengan pelanggan guna memulihkan layanan.
Tak hanya itu, Microsoft juga bekerja sama dengan penyedia cloud, termasuk Google Cloud Platform (GCP) dan Amazon Web Services (AWS).