Home
/
Music

Chrisye, Menyentuh Rasa dalam Keabadian

Chrisye, Menyentuh Rasa dalam Keabadian
Tim16 September 2019
Bagikan :

Ada sentuhan magis dalam vokal Chrisye, yang tidak dimiliki oleh penyanyi lain. Ia seperti diberkati untuk dapat 'memberkati' orang lain melalui lantunan lirik. 10 atau 20 tahun lagi, belum tentu akan ada Chrisye lain.

Terlahir dengan nama Christian Rahadi sebelum berganti menjadi Chrismansyah Rahadi, kiprah Chrisye sejak tahun 1970-an tak bisa dipandang sebelah mata. Kembali ke Indonesia setelah menjejakkan kaki di New York, AS, Chrisye langsung bekerja sama dengan Guruh Soekarnoputra untuk merilis Guruh Gipsy.

Sebuah album idealis, amat menarik karena Guruh terbilang sebagai seorang seniman yang selalu mengangkat kesenian Indonesia, dan album itu lahir di era proggresive rock, era luar biasa yang mencatatkan musik Indonesia pernah begitu progresif, tanpa bantuan internet maupun Google.

Namun baru setelah Lilin-lilin Kecil dirilis, Chrisye dikenal luas. Kemudian, album tema Badai Pasti Berlalu sebagai salah satu karya terindah dalam permusikan negara ini meledak, menempatkan Chrisye di level berbeda, yang rasa-rasanya sampai hari ini belum bisa diisi oleh penyanyi lain.

Debut solo Sabda Alam (1978) melibatkan nama-nama besar pada era itu. Selain Guruh Soekarnoputra, nama Jockie Surjoprajogo tak dapat dilewati. Pria eksentrik ini berperan penting di sektor aransemen album yang juga mengunggulkan lagu Juwita tersebut. Disebutkan, Chrisye bekerja keras menyelesaikan album itu sampai jatuh sakit.

Album Sabda Alam memiliki gaya serupa seperti Badai Pasti Berlalu, melankolis, romansa puitis yang menonjolkan vokal halus Chrisye. Ia terlihat seolah sudah menemukan gaya musik yang sesuai, dilengkapi gestur canggung yang selalu melekat pada Chrisye. Ia mungkin terlihat aneh di atas panggung, namun ketika Chrisye menyanyikan lirik indah seperti dalam Puspa Indah Taman Hati, segala keanehan itu jadi tak penting.

[Gambas:Youtube]

Sepanjang hidupnya, Chrisye telah merilis puluhan album, juga pernah berakting dalam film Seindah Rembulan (1981). Ketika era progressive rock di Indonesia berlalu, Chrisye pun mengubah musiknya menjadi nada new wave sesuai tren saat itu. Tidak terbilang gagal, album Resesi, Metropolitan, dan Nona mengokohkan nama Chrisye, sekalipun tidak meledak luar biasa.

Aku Cinta Dia (1985) memperdengarkan irama berbeda dari Chrisye, era di mana ia bekerja sama untuk pertama kalinya dengan Adjie Soetama dan sekali lagi, ia mencatat perubahan musikal lain. Sebagai seorang solois, Chrisye terlihat sering melakukan adaptasi dalam musiknya.

[Gambas:Youtube]

Bisa jadi, hal itu membantu Chrisye bertahan. Sejak awal ia tampak dikelilingi orang-orang berpikiran terbuka dan tak keberatan dengan perubahan. Chrisye bahkan sempat berkolaborasi dengan sejumlah musisi yang notabene berbeda generasi dengannya, seperti Peterpan yang sekarang bernama NOAH, Ungu, NAIF, sampai Project Pop dan Ahmad Dhani.
Preview
Chrisye, penyanyi yang memiliki unsur 'magis' dalam vokalnya. (dok. Damayanti Noor via MNC Pictures)

Kolaborasi beda generasi tersebut pun meraih sukses. Chrisye berhasil menjaring pendengar baru, yang barangkali tak tahu rekam jejaknya bersama Guruh Soekarnoputra. Satu kolaborasi menarik lainnya yang pernah dilakukan Chrisye dan pada akhirnya menjadi klasik, adalah bersama aktris Sophia Latjuba. Tidak saja Sophia Latjuba bukan seorang penyanyi profesional seperti halnya Chrisye, namun justru kolaborasi itu terjadi dua kali, lewat lagu Kangen dan Anggrek Bulan.

Dalam 25 tahun karier, Chrisye membuktikan musik bisa terdengar begitu kaya seperti yang ia tampilkan melalui kolaborasi dan album-album solonya. Suara Chrisye tidak pernah berubah, demikian juga gaya canggungnya, namun musiknya bisa menjangkau banyak telinga setelah bertahun-tahun.

Chrisye meninggal dunia pada 30 Maret 2007 di usia 57 tahun. Saat ia berpulang karena kanker paru-paru, Indonesia tak hanya kehilangan seorang penyanyi. Negara ini kehilangan sebuah aset yang barangkali, tak tergantikan. Tak perlu pula mencari pengganti Chrisye, karena segala yang telah dipersembahkannya sudah lebih dari cukup, lantunan lirik indah yang tetap bisa menyentuh rasa.

[Gambas:Video CNN]

Berita Terkait

populerRelated Article