Home
/
Sport

Choirul Huda Korban Keempat Keganasan Kompetisi Indonesia

Choirul Huda Korban Keempat Keganasan Kompetisi Indonesia
Ahmad Bachrain16 October 2017
Bagikan :

Liga Primer Inggris disebut-sebut sebagai salah satu kompetisi terberat dan terkeras di dunia. Namun jika menengok ke belakang kompetisi Indonesia sejak awal 2000, reputasi di kompetisi Inggris itu agaknya belum seberapa.

Total kompetisi di negeri ini sudah merenggut empat nyawa pemain dari lapangan hijau sejak 2000 lalu. Choirul Huda tercatat sebagai korban keempat yang meninggal karena kerasnya kompetisi sepak bola di Indonesia. 

Kiper 38 tahun itu meninggal di RS Dr. Soegiri setelah berbenturan dengan rekan setimnya sendiri, Ramon Rodrigues saat Persela menjamu Semen Padang, pada laga lanjutan Liga 1 di Stadion Surajaya Lamongan, Minggu (15/10).

Choirul Huda Korban Keempat Keganasan Kompetisi Indonesia
Preview
Choirul Hudah meninggal dunia setelah berbenturan dengan rekan setimnya sendiri, Ramon Rodrigues saat Persela menjamu Semen Padang. (ANTARA/Fahrul Jayadiputra)
Tercatat ada tiga nama pemain lainnya yang juga meninggal dunia saat memperkuat timnya di kompetisi Indonesia sejak 2000. Nama-nama tersebut adalah mendiang pemain Persebaya Surabaya, Eri Irianto, Jumadi Abdi (PKT Bontang) dan pemain Persiraja Banda Aceh, Akli Fairuz.

Mereka meregang nyawa setelah melakoni laga membela klubnya. CNNIndonesia.com mencoba merangkum cerita kelam yang tampaknya belum juga berakhir di sepak bola Tanah Air.

Kerasnya kompetisi Indonesia kembali memakan korban pemain meninggal. Korban keempat adalah Choirul Huda. (
Preview
Kerasnya kompetisi Indonesia kembali memakan korban pemain meninggal. Korban keempat adalah Choirul Huda. (ANTARA FOTO/Sahrul Manda Tikupadang)


Eri Irianto

Gelandang Persebaya Surabaya, Eri Irianto, sempat kolaps di lapangan saat membela timnya menghadapi PSIM Yogyakarta di Stadion Gelora 10 Nopember pada 3 April 2010. Eri langsung dilarikan ke Rumah Sakit Doter Soetomo, Surabaya, untuk mendapat perawatan intensif.

Setelah mendapat penanganan gawat darurat, nyawa rekan setim Bedjo Soegiantoro itu tak terselamatkan. Eri disebut tim dokter meninggal karena serangan jantung.

Benturan keras dengan pemain asing PSIM, Samson Noujine Kinga, membuat Eri Irianto terkapar di lapangan dan tak sadarkan diri.

Jumadi Abdi

Pada 2009, kompetisi sepak bola Indonesia kembali memakan korban. Adalah gelandang andalan PKT Bontang, Jumadi Abdi, yang juga meninggal dunia akibat kerasnya pertandingan saat PKT Bontang menjamu Persela Lamongan pada laga Indonesia Super League (ISL), di Stadion Mulawarman, 7 Maret 2009.

Kematian Jumadi terasa begitu pilu dan mengerikan karena benturan sangat keras dengan pemain Persela, Denny Tarkas. Kaki Denny tampak dengan sangat keras mengenai perut Jumadi sehingga mengalami pendarahan organ dalam.

Anehnya, Denny yang melakukan pelanggaran sangat keras tersebut hanya mendapatkan kartu kuning dari wasit Mukhlis Alifatoni yang memimpin laga tersebut.

Setelah sempat koma di rumah sakit, Jumadi mengembuskan napas terakhir pada 15 Maret 2009. Kejadian itu pun kembali menggemparkan sepak bola nasional lantaran terjadi begitu mengerikan.

Akli Fairuz

Berselang enam tahun kemudian, laga maut di kompetisi sepak bola Indonesia kembali terulang. Pertandingan kali ini terjadi di kasta kedua kompetisi Indonesia, Divisi Utama, yang mempertemukan Persiraja Banda Aceh melawan PSAP Sigli pada 10 Mei 2014.

Laga ‘berdarah’ itu menewaskan pemain Persiraja, Akli Fairuz setelag berbenturan sangat keras dengan kiper PSAP, Agus Rohman. Akli yang berusaha merebut bola rebound karena tangkapan tak sempurna dari Agus, justru mendapat benturan keras dari sang kiper.

Kaki Agus mendarat tepat di perut Akli yang langsung roboh seketika. Ia langsung dilarikan ke rumah sakit setelah mengerang kesakitan dan tak sadarkan diri.

Akli akhirnya meninggal dunia enam hari kemudian di rumah sakit setelah mendapatkan perawatan intensif.

Berita Terkait

populerRelated Article