Bremm Journey Nataru 2022: Suzuki Ertiga Hybrid, Irit Bensinnya Kebangetan
Uzone.id - Melakukan pesiar dengan mengendarai Suzuki Ertiga Hybrid dari Depok ke Sukabumi PP (pulang-pergi) dengan mengisi tangki bensin cuma setengahnya saja. Apakah cukup?
Itulah tantangan bagi kami untuk menguji seberapa irit sih, Ertiga Hybrid ini kalau diajak jalan-jalan ke luar kota?Oke, kami pun langsung tancap gas bersama istri dengan Ertiga Hybrid dan memulai perjalanan dari kawasan Grand Depok City (GDC) dengan kondisi tangki bensin sudah hampir habis.
Kami pun mampir sebentar di SPBU Pertamina di area Pemda Cibinong untuk mengisi bensin. Kami pikir isi Ertiga Hybrid dengan Pertamax (RON 92) dengan jumlah uang Rp200 ribu cukup untuk pulang pergi Depok-Sukabumi.
Jarum di Fuel Meter terlihat anteng berada di tengah-tengah sebagai tanda bahwa tangki sudah terisi setengahnya saja.
Kemudian, kami lanjutkan perjalanan dengan mengambil rute Jalan Raya Bogor-Jakarta, masuk ke Jalan Alternatif Sentul, masuk Tol Jagorawi hingga keluar di GT Cigombong, Kabupaten Bogor.
BACA JUGA: Bremm Journey Nataru 2022: Begini Performa dan Handling Hyundai Stargazer
Perjalanan cukup lancar saat tiba di GT Cigombong. Namun, perjalanan mendapat hambatan ketika memasuki Pasar Cicurug yang memang dikenal sebagai biang macet.
Pun, ketika masuk pasar Cibadak, kami harus bersabar karena macetnya cukup Panjang. Memang bukan hal yang aneh, setiap kendaraan yang melewati kawasan ini harus banyak bersabar
Sama halnya ketika melewati Pasar Cisaat, kemacetan cukup Panjang dan mobil Ertiga Hybrid harus merayap secara perlahan untuk sampai melewati kawasan pasar.
Untunglah selama mobil melaju di jalan biasa, jalan tol hingga menemui kemacetan cukup parah di beberapa titik di Jalan Raya Bogor-Sukabumi, fitur Idling Stop System bisa bekerja dengan baik.
Kami melihat Fuel Meter tidak mengalami pengurangan yang signifikan sehingga kami merasa tak perlu mampir ke SPBU.
Keberadaan motor listrik yang ikut membantu memutarkan roda depan dalam beberapa detik ketika mobil melaju, punya andil besar menekan konsumsi bensin.
Kami berangkat dari Depok pada pukul 14.13 WIB dan sampai tiba di Kota Sukabumi sekitar pukul 20.30 WIB.
Andai saja perjalanan tidak dihambat dengan kemacetan, waktu yang butuhkan saat menempuh Depok-Sukabumi sekitar 2,5 jam saja.
Namun, gara-gara macet kami menghabiskan waktu hampir 5 jam. Oya, waktu setengah jamnya kami gunakan untuk salat Maghrib di kawasan Cibadak.
Langsung Makan Bubur Bunut
Saat tiba di Kota Sukabumi, kami sudah tentukan destinasi pertama yang wajib dikunjungi adalah Bubur Bunut di Jalan Siliwangi.
Tak peduli dengan langit sudah gelap dengan diiringi gerimis kecil. Pokoknya, Bubur Bunut harus bisa dinikmati saat itu juga.
Beruntung tempatnya belum tutup. Kami cuma butuh waktu 1 jam saja untuk makan di tempat sebelum tutup.
Oya, saya sebagai pencinta bubur ayam tim diajuk berani bilang kalau rasa Bubur Bunut ini tiada banding. Ciri khas bubur ini tak perlu disiram kuah kari.
Bagi kami, porsinya cukup banyak ditambah toping ayam suwir dan kerupuk. Harganya juga cukup murah, satu mangkok dihargai Rp23 ribu saja.
Sebetulnya, kami masih ingin mengunjungi satu kuliner lagi. Tapi apa daya, selain sudah malam, badan juga harus diistirahatkan setelah berjam-jam nyetir Ertiga Hybrid.
Napas pun sedikit lega ketika melihat Fuel Meter, jarum cuma turun sedikit. Jadi, tak perlu mengisi tangki bensin karena prediksi saya masih cukup sampai pulang ke Depok.
Lanjut ke Rumah Makan Botram
Di Minggu pagi, kami sudah tak sabar ingin mengunjungi destinasi kuliner kedua, yakni rumah makan Botram. Jadi, konsep rumah makan Botram ini mirip dengan Rumah Makan Ampera yang sudah terkenal.
Kita tinggal pilih menu hidangan mentah yang dijejerkan dengan rapih. Kita tinggal pilih saja mana yang disuka.
Kalau kami memilih ayam betutu dan dan ayam goreng. Soal rasa, kami kasih nilai 9 karena ayam kampungnya selain enak, ukurannya juga jumbo. Harganya juga murah sih menurut kami, sekitar Rp45 ribu per potongnya.
Ngopi-ngopi cantik di Lady & Law
Menikmati gugusan pegunungan yang mengelilingi Kota Sukabumi di kafe Lady & Law yang berada di lantai 7 Hotel Bounty sungguh mengasyikan.
Tempat tersebut jadi destinasi kami yang ketiga. Sayangnya, cuaca yang awalnya cerah, tak lama kemudian awan pekat menghalangi pemandangan kami ke gugusan pegunungan dan setelah itu hujan turun.
Beli Oleh-oleh Mochi
Oleh-oleh apa yang harus dibawa kalau lagi jalan-jalan di Sukabumi? Tentu saja jawabannya Mochi. Kami mampir dulu deh ke Mochi Lampion yang sudah sangat terkenal di Jalan Bhayangkara Gang Kaswari.
Satu bungkusnya dihargai Rp50 ribu dan setiap bungkus isinya 15 biji. Kami ambil beberapa bungkus untuk dibagikan ke tetangga dan keluarga.
BACA JUGA: Sensasi Yogyakarta-Semarang Pakai Innova Zenix Mesin Bensin
Pulang ke Depok
Menjelang maghrib, kami bergegas meluncur ke Depok karena besok Senin harus berangkat ke kantor lagi.
Perjalanan kali ini cukup lancar. Malah saat kami melewati Pasar Cisaat dan Pasar Cibadak yang biasanya jadi biang kemacetan seperti tak ada hambatan sama sekali.
Toko-toko maupun pedagang kaki lima di pasar tersebut banyak yang memilih tutup di hari Minggu.
Tentu saja kami bersyukur karena bisa menempuh perjalanan pulang lebih cepat. Kami cuma menghabiskan waktu sekitar kurang dari 3 jam saja untuk sampai di rumah.
Tangki Masih Ada Sisa Bensin
Kami pun takjub ketika melihat Fuel Meter, jarum menunjuk ke satu strip di atas E. Masih ada sisa sedikit meskipun kami cuma isi setengah tangki saat berangkat ke Sukabumi.
Padahal, selama di Kota Sukabumi, kami sempat ajak Ertiga Hybrid berputar-putar menyusuri jalanan raya ketika mencari lokasi kuliner.
Kesimpulan
Ertiga Hybrid yang kami gunakan untuk jalan-jalan ke Kota Sukabumi dan pulang lagi ke Depok telah menempuh jarak sekitar 180 km.
Belum lagi kami menemui beberapa titik kemacetan saat menuju Sukabumi. Berkat teknologi Suzuki Hybrid System di antaranya terdapa Idling Stop System sangat bermanfaat untuk digunakan saat kondisi kemacetan.
Ada 2 komponen pada teknologi Smart Hybrid System, yaitu Integrated Starter Generator (ISG) dan Lithium-ion battery keduanya berfungsi sebagai alternatif mesin penggerak yang bisa digunakan ketika mobil sedang berada di tengah kemacetan.
Itulah kenapa Ertiga Hybrid meskipun saya isi setengah tangki cukup untuk perjalanan Depok-Sukabumi PP.
Kami juga memuji keleluasaan kabin mobil ini yang membuat perjalanan jadi nyaman. Selain itu, saya sebagai pengemudi melihat mobil ini minim blind spot karena jarak antara pengemudi dengan pilar A dibuat lebar, begitu juga jarak pengemudi dengan door trim ada gap cukup luas.
Kami juga memuji kenyamanan suspensi Ertiga Hybrid. Saat melibat jalanan kasar atau sedikit bergelombang, kami tidak merasakan perut terguncang keras.
Istri pun merasakan kabin lega di Ertiga Hybrid. Sebagai penumpang juga bisa tidur nyenyak selama perjalanan berkat suspensi yang nyaman. Selain itu, dia juga senang dengan banyaknya kantong penyimpanan barang di dalam kabin.
Lalu, apa kekurangan Ertiga Hybrid? Kalau menurut kami, kekurangannya adalah kurang kedap suara sehingga suara-suara bising dari luar masih terdengar jelas.