Home
/
Technology

Banyak Startup Lokal Dikuasai Asing, Inrate 100 Persen karya Anak Bangsa

Banyak Startup Lokal Dikuasai Asing, Inrate 100 Persen karya Anak Bangsa
Bagja Pratama03 January 2019
Bagikan :

Uzone.id - “Jangan berpikir Gojek dan Tokopedia milik anak bangsa, jangan berpikir semua yang ada saat ini milik anak bangsa. Bulshit,” cetus Chairul Tanjung, mantan Menko Perekonomian, sekaligus pemilik raksasa media di Indonesia.

Ya, ide dan inovasi yang disuguhkan para anak bangsa, memang banyak yang menghasilkan startup yang levelnya kelas dunia. Meski dibalik itu semua, tetap ada tapinya..

Meskipun berawal dari karya anak bangsa, namun seiring perkembangannya, banyak startup lokal semisal Gojek maupun Tokopedia yang disebutkan CT diatas kepemilikan sahamnya dikuasai asing, sementara anak bangsanya sendiri hanya sedikit saja.

Selain itu, menurut CT, para investor asing yang masuk ke Indonesia sebenarnya juga mendapatkan investasi jangka panjang berupa database, sehingga rela mengucurkan uang yang banyak sekali.

“Dari database itu mereka bisa membuat ekosistem dan dari situ mereka mau menguasai ekonomi,” bebernya.

Dari fenomena tersebut, maka para startup lokal dituntut untuk lebih jeli dalam menerima investasi, agar kedepannya bisa terus berkibar di negerinya sendiri.

Itu pula yang coba dilakukan Inrate, sebagai startup yang 100 persen karya anak bangsa. Inrate merupakan Rating TV garpan Metranet yang merupakan anak PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM).

PT. Metranet selaku penyedia layanan big data analisis, meluncurkan Inrate, alat pengukuran kepemirsaan televisi berupa rating, baik tayangan berbayar maupun program FTA (free to air). 

Data analisa Inrate diambil dari populasi 2.1 juta pelanggan UseeTV yang tersebar di 438 kota dan 34 provinsi se-Indonesia.

Inrate telah dikembangkan sejak tahun 2017 dan akan terus berkelanjutan hingga tahun 2020. Pada tahun 2017 tahap awal pengembangan berdasarkan populasi pemirsa UseeTV, tampilan dashboard performa TV dan iklan. 

Pada tahun 2018, ditambahkan dashboard FTA dan PayTV, smart profiling dan helix persona, analisis penonton, perpindahan channel dan perencanaan media.

Kemudian, pada tahun 2019, berdasarkan populasi dan sampling, dashboard akan ditambah fitur panel pelanggan PayTV. 

Pada tahun 2020, komersialisasi FTA panel rating dengan populasi penduduk Indonesia & meningkatkan kualitas rating dengan pendekatan big data analysis.

“Kami menggunakan teknologi terkini. Data kami bisa diakses melalui smartphone dan pastinya kami 100 persen karya anak bangsa,” ujar Hartana, CEO Inrate.

Selama ini, para praktisi TV, pemilik merek, ataupun agensi periklanan di Tanah Air hampir tak punya pilihan untuk memperoleh informasi rating terkait tayangan di TV free to air (FTA). 

Nielsen sebagai perusahaan yang selama ini memiliki kemampuan untuk melakukan media measurement atau mengukur tingkat kepemirsaan program di TV FTA, menjadi satu-satunya pilihan.

Monopoli itulah yang coba diubah oleh anak usaha Telkom Group, PT Metranet yang dikenal sebagai penyedia layanan big data analisis. 

Hartana melanjutkan, saat ini perusahaan membidik klien di segmen industri penyiaran antara lain stasiusn televisi, agensi iklan dan pemilik brand.

Metranet menawarkan layanan Inrate dalam tiga paket yakni Inrate Lite yang terdiri dari pilihan basic, silver dan gold. Sedangkan tahun ini, rencananya akan mengenalkan paket Inrate Pro dengan beberapa fitur tambahan.

populerRelated Article