Home
/
Digilife

AppsFlyer Ungkap Alasan Google dan Facebook Masih Kuasai Iklan di Asia Tenggara

AppsFlyer Ungkap Alasan Google dan Facebook Masih Kuasai Iklan di Asia Tenggara
Siti Sarifah30 March 2021
Bagikan :

Uzone.id - Laporan Indeks Kinerja (Performance Index) edisi ke-12 yang dikeluarkan AppsFlyer menyebut jaringan iklan milik raksasa internet Google dan Facebook masih mendominasi kawasan Asia Tenggara. Google Ads menempati peringkat pertama dalam hal retensi di Asia Tenggara (SEA), sementara Facebook Ads dinilai bekerja lebih baik dalam hal memberi user berkualitas tinggi dari kampanye remarketing di seluruh Asia-Pasifik (APAC).

Laporan Indeks Kinerja AppsFlyer itu menganalisis 42 jaringan media dan hampir 6,4 miliar penginstalan dari 8.331 aplikasi di seluruh Asia Pasifik. Mereka menetapkan peringkat sejumlah media source (sumber media) dalam mobile advertising (periklanan mobile).

Marketing Director AppsFlyer APAC, Beverly Chen mengatakan tahun 2021 akan menjadi sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya bagi para marketer (pemasar) karena end user mulai mengaktifkan fitur Limited Ad Tracking (LAT) serta meningkatnya sorotan tajam terhadap privasi pengguna seiring perubahan kebijakan privasi di perangkat Apple.

Baca juga: Telkomsel dan Gojek Integrasi Iklan Digital untuk UMKM

“Jaringan yang bergantung kepada iOS dan advertiser yang menggunakannya harus mulai memikirkan solusi aktif untuk membatasi dampaknya sekarang. Dalam iklim transformasi digital yang meningkat saat ini dan lebih banyak masyarakat beralih ke perangkat mereka, Indeks Kinerja edisi ke-12 AppsFlyer membantu marketer memaksimalkan media source mana yang dijadikan mitra untuk mencapai hasil terbaik,” kata Beverly, dalam keterangannya, Selasa, 30 Maret 2021.

Di saat framework App Tracking Transparency milik Apple baru akan diberlakukan pada musim semi (sekitar pertengahan Maret), Indeks Kinerja AppsFlyer memperlihatkan perubahan tersebut telah menyebabkan perubahan secara global. Pangsa penginstalan non-organik (NOI) di iOS menurun sebesar 17 persen pada paruh kedua 2020 di Asia Tenggara (dibandingkan dengan paruh pertama tahun itu), sedangkan NOI di Android mengalami dampak sebaliknya – meningkat 9 persen dalam periode yang sama.

Hal ini khususnya relevan di Asia Tenggara, di mana data AppsFlyer dari semester kedua (H2) 2020 memperlihatkan bahwa para pengguna Android berkontribusi sebesar 84 persen dalam penginstalan organik, dibandingkan hanya 13 persen untuk iOS. Lonjakan sebesar 30 persen dalam biaya per penginstalan (cost per install/CPI) di iOS pada Semester kedua 2020 merupakan faktor kunci di balik penurunan signifikan tersebut (biaya Android meningkat hanya 10 persen).

Sebagai hasilnya, para marketer aplikasi mobile menghasilkan penginstalan yang lebih sedikit untuk bujet yang sama. Peningkatan biaya media bagi pengguna iOS didorong oleh dua elemen utama: peningkatan permintaan karena transformasi digital yang semakin cepat yang disebabkan oleh Covid-19, dan penurunan pasokan karena lonjakan 40 persen dalam pangsa pengguna yang mengaktifkan Limited Ad Tracking (LAT).

Lonjakan sebesar 30 persen dalam biaya per penginstalan (cost per install/CPI) di iOS pada Semester kedua 2020 merupakan faktor kunci di balik penurunan signifikan tersebut (biaya Android meningkat hanya 10 persen). Sebagai hasilnya, para marketer aplikasi mobile menghasilkan penginstalan yang lebih sedikit untuk bujet yang sama. Peningkatan biaya media bagi pengguna iOS didorong oleh dua elemen utama: peningkatan permintaan karena transformasi digital yang semakin cepat yang disebabkan oleh Covid-19, dan penurunan pasokan karena lonjakan 40% dalam pangsa pengguna yang mengaktifkan Limited Ad Tracking (LAT).

Baca juga: 5 Fakta Menarik Orang Indonesia Terhadap Iklan Online

Dalam pertarungan para raksasa marketing aplikasi mobile, Google memperpanjang keunggulannya atas Facebook di puncak SEA Power Ranking dari Indeks Retensi, mengklaim posisi pertama di kategori gim dan non-gim, khususnya aplikasi berbasis Finance (keuangan). Aplikasi “Financial Consultant” dan “Pendanaan Teknologi” menempati di peringkat ketiga secara umum dalam aplikasi kategori Finance di Asia Tenggara, diikuti oleh “Cashcash” dan “Akulaku”. Di kategori all lifestyle non-gaming seperti Shopping, Life & Culture, dan Social, Facebook menempati peringkat pertama di Asia Tenggara, diikuti oleh Google Ads dan Apple Search.

Facebook menempati peringkat pertama di semua kategori di kawasan Asia Pasifik. Ketika Facebook mempertahankan posisinya di puncak kategori gim dan non-gim, Google Ads berada di peringkat dua dalam non-gaming, sedangkan Remerge di peringkat tiga dalam gim. Walaupun Facebook mendominasi dalam metrik volume dan kualitas, Google mampu menumbuhkan pangsa pasarnya dalam konversi remarketing aplikasi sebesar 66% sejak paruh pertama hingga semester kedua 2021.

Melanjutkan tren dari Indeks Kinerja Edisi ke-11 AppsFlyer yang dirilis pada November 2020, TikTok Ads mengalami peningkatan signifikan di iOS (+52 persen dalam pangsanya). Dari 2019 ke 2020, TikTok Ads mencatatkan NOI 82 persen lebih banyak di APAC, naik lima peringkat di global iOS gaming power ranking untuk menghuni peringkat #9 dari sebelumnya #14.

Sementara itu dalam Indeks IAA (In-app Advertising/Periklanan dalam aplikasi), yang menentukan peringkat jaringan berdasarkan kemampuan mereka untuk mendorong user yang menghasilkan revenue dari iklan, Google Ads mengklaim peringkat pertama dalam semua kategori. Unity Ads berusaha menembus market di Asia Tenggara, khususnya dalam Hyper Casual gaming. Untuk Casual dan Midcore gaming, Facebook menghuni peringkat teratas.

populerRelated Article