Home
/
Games

10 Game dengan Grafis Terbaik Tahun 2016

10 Game dengan Grafis Terbaik Tahun 2016

Iqbal Kurniawan27 December 2016
Bagikan :

Tahun 2016 kembali disesaki dengan beragam game indah yang akan memukau para pemainnya. Sejumlah developer AAA seolah makin bersemangat menggelontorkan uang untuk memoles visual dalam karya masing-masing demi membuatnya menonjol di antara sederet game lainnya.

Beberapa game bergrafis indah yang dirilis tahun ini memerlukan waktu pengembangan yang memakan waktu bertahun-tahun. Tak hanya dari genre RPG, beberapa game shooter atau adventure pun ikut unjuk gigi memeriahkan deretan game dengan grafis terbaik. Inilah sepuluh game yang kami nilai memiliki visual teratas di antara lainnya!

Uncharted 4

Naughty Dog tidak setengah-setengah dalam hal apa pun saat mengembangkan game penutup dari seri Uncharted, termasuk dalam segi grafis. Uncharted 4 menghadirkan dunia yang luar biasa detail dan indah untuk mengemas akhir petualangan Nathan Drake dengan gegap gempita.

Setiap karakter dalam Uncharted 4 digambarkan begitu detail, hingga kamu bisa melihat kerutan kulit serta pori-pori dari setiap tokoh saat kamera mengambil sudut close up. Mereka juga tampak begitu hidup dalam setiap aksi atau adegannya, hingga bila semua cutscene dalam Uncharted 4 dirilis sebagai film animasi pun rasanya tetap akan menjadi hiburan yang sangat layak ditonton.

Kesempurnaan penampilan tokoh dalam game masih didukung dengan penggambaran lingkungan yang sangat memukau. Matamu benar-benar dimanjakan dengan keindahan alam saat Nathan Drake mengarungi pulau terpencil, tebing-tebing curam, hingga perkotaan dengan segala kesibukan penduduknya. Benar-benar sebuah mahakarya yang wajib dimainkan oleh seluruh pemilik PS4!

Review Uncharted 4: A Thief’s End – Pemburu Petualangan


Mafia III

Kota New Bordeaux yang menjadi latar dari Mafia III tampil begitu keren berkat efek pencahayaan memukau. Pantulan lampu di jalan yang tengah hujan, sinar matahari dan langit yang tampak begitu indah, serta efek-efek bayangan yang terkadang tampak agak berlebihan, semuanya memberi Mafia III nilai estetika lebih yang jarang ditemui dalam game lainnya.

Tak hanya efek pencahayaan fantastis, Mafia III juga dilengkapi dengan efek cuaca dinamis yang mampu memberikan nuansa berbeda-beda. Lebih hebatnya lagi, game tetap berjalan lancar meski cuaca di New Bordeaux sering berganti-ganti.

Kamu juga tak hanya dihadapkan dengan suasana perkotaan. Dunia dalam Mafia III diisi dengan beragam jenis lingkungan, seperti pusat kota yang sibuk, dataran tinggi, serta rawa-rawa penuh buaya. Keberagaman lingkungan yang ditampilkan dengan begitu detail ini akan membuatmu penasaran untuk menelusuri setiap jengkalnya.

Review Mafia III – Apa pun Warna Kulitnya, Selalu Merah Darahnya


Odin Sphere Leifthrasir

Vanillaware selalu dapat diandalkan untuk menghadirkan grafis 2D yang menakjubkan. Setelah banyak menuai pujian lewat Muramasa Rebirth, mereka kembali memukau para gamer dengan remake salah satu karya lamanya, Odin Sphere Leifthrasir.

Meskipun Odin Sphere Leifthrasir dikemas dalam gambar 2D dari sudut pandang samping, namun hal tersebut tidak lantas membuatnya inferior dibanding game lain yang mengusung grafis 3D. Desain karakter, kehalusan animasi, hingga performa grafis yang berjalan cepat serta relatif lancar saat aksi berlangsung benar-benar serasi dengan genre action RPG yang diusungnya.

Tak hanya animasi dan performa saja, penggambaran dunia fantasi yang menjadi latar game juga tampak bak lukisan artistik. Dengan kualitas polesan yang tinggi pada Odin Sphere Leifthrasir, para pemain lama yang pernah memainkan seri orisinalnya di PS2 pun rasanya tak akan rugi membeli game ini.

Review Odin Sphere Leifthrasir – Derita Cinta Tiada Akhir


Titanfall 2

Sekuel dari seri game FPS Titanfall tak hanya menambahkan mode single player, tapi juga memberikan polesan grafis yang sesuai dengan kemampuan console game masa kini. Meski dikembangkan dengan engine Source yang terbilang tua, namun visual Titanfall 2 tetap mampu berjalan 60 fps dengan tingkat detail yang lumayan mencengangkan.

Desain lingkungan yang ditampilkan cukup beragam. Setiap level memiliki tema yang kontras dari satu tempat ke tempat lain. Area akan dipenuhi dengan tumbuh-tumbuhan lebat di satu tempat dan bangunan futuristis yang kaku di tempat lain.

Desain senjata dan perlengkapan karakter juga dibuat dengan sangat menarik. Bentuknya futuristis, namun tetap bisa dikenali dan dikaitkan dengan teknologi yang ada di zaman sekarang.

Review Titanfall 2 – Dua Lebih Baik daripada Satu


Shadow Warrior 2

Premis Shadow Warrior 2 yang mencampuradukkan iblis ala mitologi Jepang klasik dengan persenjataan modern mungkin akan dibanding-bandingkan dengan game DOOM. Tapi game buatan Flying Wild Hog ini mampu mengemas aksi pertempuran di dalamnya dengan sangat baik lewat grafis memukau.

Di sela-sela aktivitasmu membantai para iblis, kamu akan dibuat terpana dengan bangunan-bangunan bergaya arsitektur khas Jepang kuno serta beragam detail lingkungan yang tampak sangat riil. Semuanya itu masih dilengkapi dengan efek-efek ledakan atau tebasan yang terasa kuat dan mantap.

Desain beragam iblis dalam Shadow Warrior 2 pun tampak begitu menarik. Berbagai jenis musuh memiliki detail yang tinggi, dengan pergerakan yang tampil mulus dan luwes. Betul-betul sukses menghadirkan kesan ngeri sekaligus seru saat kamu berhadapan dengan para musuh!


Battlefield 1

Keputusan EA DICE membawa seri Battlefield kembali ke masa Perang Dunia I bisa dibilang sangat tepat. Di saat seri Call of Duty mengajak para pemain untuk pergi ke masa depan yang terlampau khayal, Battlefield 1 justru mengajakmu ke peperangan yang tampak autentik, sesuai dengan sejarah kelam umat manusia.

Suasana peperangan di mana banyak prajurit menyabung nyawa ditampilkan dengan mencekam. Pengalamanmu berperang dalam Battlefield 1 dari sudut pandang berbagai prajurit akan membuatmu ngeri dengan suasana perang sesungguhnya, di mana nyawa bisa langsung melayang bila bertindak gegabah.

Semuanya itu dikemas dalam grafis yang amat realistis. Baik gedung yang bisa runtuh setelah dihantam pesawat jatuh, kota yang porak poranda karena didera perang, hingga parit-parit yang mengular di medan pertempuran, semuanya terlihat begitu meyakinkan dan seolah menghidupkan suasana peperangan.

Review Battlefield 1 – Sebuah Kisah tentang Perang


DOOM

Seri DOOM bisa dibilang sebagai salah satu legenda dalam game FPS. Desain musuh yang terinspirasi dari iblis serta aksi penumpasan yang sangat macho dengan berbagai persenjataan berat mampu memukau para pemainnya di era 90-an silam. Hal tersebut disempurnakan lewat iterasi terbarunya yang dirilis Bethesda Softworks pada tahun 2016.

Masih mengusung aksi seru seperti yang ditemukan dalam game orisinalnya, DOOM terbaru dikemas dalam grafis 3D yang membuatnya tampil makin mencengangkan. Desain iblis yang makin mengerikan serta beragam jenis persenjataan lebih dahsyat dijamin bakal memompa adrenalin siapa pun yang memainkanya.

Petualangan dalam DOOM juga membawamu ke beragam dunia mengerikan, mulai dari planet Mars hingga ke neraka sekalipun. Desain level yang indah sekaligus mencekam dalam game bakal senantiasa membuatmu selalu penasaran akan apa lagi yang bisa kamu temukan di area selanjutnya.


The Last Guardian

Penantian lama selama tujuh tahun terbayar dengan memuaskan. Lewat The Last Guardian. Gen Design yang digawangi oleh Fumito Ueda benar-benar menunjukkan kemampuan PS4 secara gemilang.

Dunia fantasi dalam The Last Guardian begitu memesona berkat arahan visual indah serta desain lingkungan memukau. Tampilan game yang sarat dengan nuansa khas film animasi klasik Jepang akan langsung membekas bagi siapa pun yang pernah melihat The Last Guardian, baik memainkannya secara langsung atau sekadar menontonnya di internet.

Tentunya keistimewaan grafis dalam The Last Guardian tak bisa dilepaskan dari penggambaran Trico, hewan raksasa yang menjadi kawan sang protagonis. Kamu bisa melihat bulu-bulu pada tubuh Trico terhembus angin dan terkena cahaya dengan begitu detail. Animasi Trico pun terlihat sungguh menakjubkan, layaknya sebuah hewan sungguhan yang biasa kita lihat dalam kehidupan sehari-hari.

Review The Last Guardian – Seni Tidak Butuh Validasi


Final Fantasy XV

Tak sia-sia waktu sepuluh tahun yang dipakai Square Enix untuk mengembangkan Final Fantasy XV. Walau grafis dalam game ini tidaklah sempurna, namun keindahan dunia dalam Final Fantasy XV tetap bisa membuat kamu terkesima.

Penyajian momen-momen dalam Final Fantasy XV ditampilkan secara epik. Tak cukup membuat pemain berdecak kagum dengan visual dalam gameplay yang menunjukkan kualitas Square Enix sebagai developer AAA, beberapa adegan sinematik dalam game ini juga benar-benar tampak megah.

Jangan lupakan juga penyajian gambar makanan dalam game yang sangat riil. Bila kamu memainkan Final Fantasy XV ketika lapar, bisa-bisa air liurmu akan mengalir menyaksikan betapa masakan Ignis tampak sangat menggugah selera.

Review Final Fantasy XV – Habis Gelap Terbitlah Terang


Overwatch

Overwatch tak hanya menghadirkan aksi pertempuran yang sangat seru, tapi juga mengemasnya dalam grafis yang menawan. Baik detail lingkungan maupun desain karakter dalam game ini sama-sama mampu mendukung keseruan tembak-tembakan antara dua kubu yang berusaha menyukseskan misi masing-masing.

Aksi pertempuran dalam game berlangsung di beragam medan laga yang indah dengan tema berbeda-beda berdasarkan tempat sungguhan, antara lain dataran tinggi bersalju di Himalaya, kuil kuno di Mesir, hingga perkotaan dengan arsitektur khas Inggris. Beragam objek pendukung dalam game juga digambarkan dengan detail, seperti mesin arcade yang benar-benar menampilkan video game atau lonceng yang mampu berdenting saat tertembak.

Bicara tentang desain karakter, setiap hero dalam Overwatch tampil begitu unik yang sangat sesuai dengan kemampuan masing-masing. Variasi yang sangat banyak, mulai dari karakter ninja hingga penembak jitu, benar-benar membuat game ini sungguh berwarna.

populerRelated Article