Home
/
Lifestyle

10 Alasan Mengapa Orang Takut Akan Badut

10 Alasan Mengapa Orang Takut Akan Badut
Redaksi Fitnessformen26 September 2017
Bagikan :

Gw mending nonton Saw daripada nonton IT. Takut sekaligus geli kalau lihat badutnya,” kata seorang teman pria. Meski terlihat pemberani dan penghobi film horor, teman itu mengaku mempunyai ketakutan tersendiri terhadap sosok badut.

Dalam kacamata ilmu psikologi, ketakutan akan badut disebut sebagai coulrophobia. Topeng badut yang seharusnya lucu menjadi menakutkan bagi orang yang mengalami hal ini. Berikut 10 alasan mengapa badut menakutkan bagi beberapa orang.

1. Tidak natural.

Johnny Depp menceritakan bahwa saat kecil, dia pernah mengalami mimpi buruk tentang badut. Menurutnya, wajah senang pada badut itu palsu (fake) dan seakan dibuat-buat untuk menutupi sesuatu yang seram.

Senyatanya, dalam jurnal Psychology Today, Dr. Jordan Gaines Lewis menulis bahwa wajah badut dilukis layaknya orang tertawa agar mengajak kita untuk tertawa.

2. Tak bisa ditebak.

Dalam pertunjukan badut, sering kali badut tampil konyol dengan trik-trik yang tak bisa diduga oleh penonton. Menurut paparan sebuah artikel di Scientific American, badut penuh dengan trik yang kadang tidak sesuai dengan kebiasaan masyarakat pada umumnya.

3. Identik dengan profil yang mengancam.
Sebuah penelitian yang dikomandani oleh Dr. Penny Curtis dari the University of Sheffield menemukan fakta bahwa dari 250 anak berumur 4 -16 tahun, mayoritas ketakutan saat melihat gambar badut ketika mereka diminta untuk melihat gambar badut dan gambar anak kucing. Dari penelitian tersebut, disimpulkan bahwa anak-anak lebih menyukai gambar anak kucing karena merasa bukanlah sebuah ancaman bagi mereka.

4. Tidak menakutkan, tapi membuat geli.
Dalam sebuah tulisan di New Ideas in Psychology, peneliti Francis McAndrew, menjelaskan bahwa banyak orang lebih merasakan perasaan geli dibanding ketakutan. Ketakutan menyebabkan orang berlari menjauh, sedangkan perasaan geli membuat orang menghindar – layaknya saat seorang wanita melihat cacing atau ular.

 

5. Membuat momen traumatik.
Pada 2016 lalu, muncul fenomena “killer clown”. Dimulai dengan munculnya beberapa video singkat di media sosial yang menampilkan adegan beberapa badut yang melakukan hal-hal aneh, termasuk tindakan kriminal, teror, dan serangan brutal.

Saat itu, ada sekitar 9 penjahat menggunakan topeng badut yang di tahan di distrik Alabama, AS. Majalah Time menyebutnya sebagai fenomena “clown hysteria.”


6. Badut, sebuah ketakutan yang ditumbuhkan.
Secara garis besar, ketakutan dalam diri manusia dibedakan menjadi dua, yaitu ketakutan bawaan dan ketakutan karena ditumbuhkan. Salah satu ketakutan bawaan adalah takut akan ketinggian. Ketakutan bawaan merupakan salah satu bentuk mekanisme pertahanan diri alamiah.

Ketakutan karena dibuat adalah ketakutan yang ditanamkan secara sadar dan diwariskan turun temurun. Sebagai contoh, dalam tradisi barat, Piet Hitam digambarkan sebagai sosok yang menakutkan agar anak-anak tidak nakal sehingga tidak diculik oleh Piet Hitam. Begitu pula dengan badut.

7. Trauma masa kecil.

Dalam sebuah artikel yang dipublikasikan di jurnal Psychology Today, ada seorang wanita yang mengalami trauma akan badut karena kejadian yang sangat mengagetkannya saat menonton pertunjukan badut Bozo The Clown. Rasa kaget yang berlebihan itu menimbulkan trauma mendalam hingga wanita itu tumbuh dewasa.

8. Terkesan meremehkan.

Wajah badut yang selalu terlihat tertawa dilihat sebagai salah satu bentuk meremehkan terhadap orang atau kondisi sekitar, bahkan saat melakukan lawakan slapstick, sebuah jenis lawakan yang mengangkat kebodohan atau kelemahan fisik seseorang untuk dijadikan bahan lawakan.


9. Cenderung kasar.
Pernahkah melihat pertunjukan badut di sebuah sirkus? Di sana, para badut dituntut untuk melakukan lawakan hanya dengan menggunakan gestur tubuh, bukan dengan kata-kata atau dialog. Karenanya, mereka berlomba-lomba untuk menggunakan trik “dagelan” yang cenderung kasar, seperti jatuh terpeleset, memasukkan kepala ke mulut meriam, dan beberapa tindakan yang cenderung kasar dan menakutkan, dibandingkan lucu.

10. Badut, fenomena manusia yang tak wajar.
Pada 1919, Sigmund Freud, seorang tokoh psikoanalisa, memunculkan tulisan teoritis yang bernama “Uncanny”. Dalam teori tersebut, dia menyatakan bahwa manusia bisa merasakan ketakutan saat melihat fakta yang familiar dan tidak familiar dalam waktu yang bersamaan. Sebagai contoh, kita akan merasa iba, terganggu, dan takut saat melihat kaki yang biasanya ada dua tiba-tiba tinggal satu.

Steven C. Schlozman, seorang dosen di University of Harvard, melihat badut sebagai salah satu bentuk teori “uncanny”. Sosok badut digambarkan sebagai seorang manusia, tapi tidak dalam keadaan yang wajar, seperti hidung besar, bibir yang besar, dan mata yang membelalak. Gambaran seperti itu menyebabkan orang merasa tidak nyaman.

populerRelated Article